Dassault Mirage III


Dassault Mirage III

Mirage III adalah salah satu pesawat tempur buatan Perancis yang sukses secara operasional maupun komersial. Pesawat tempur dengan sayap delta ini dibuat lebih dari 1.400 unit dalam berbagai varian dan digunakan oleh 20 negara. Negara-negara pengguna Mirage III adalah Abu Dhabi, Argentina, Australia, Belgia, Brazil, Chili, Kolumbia, Mesir, Perancis, Gabon, Israel, Lebanon, Libya, Pakistan, Peru, Afrika Selatan, Spanyol, Swiss, Venezuela, dan Zaire.

Sejarah Mirage III berawal pada tahun 1953 ketika pemerintah Perancis mengumumkan bahwa mereka membutuhkan pesawat tempur baru yang dapat digunakan sebagai all-weather interceptor dengan kemampuan terbang mencapai kecepatan Mach 1,8 dalam keadaan level flight dan dapat terbang mencapai ketinggian 18.000 hanya dalam waktu enam menit. Untuk memenuhi kebutuhan militer Perancis maka kemudian Dassault mengajukan rancangan Mystere-Delta 550.

Mystere-Delta 550 adalah hasil pengembangan dari pesawat tempur MD.452 Mystere dengan desain delta wing dan menggunakan dua mesin turbojet Arsmtrong Siddeley MD30R Viper. Desain delta wing ini sebetulnya mengakibatkan kemampuan manuver pesawat menjadi sedikit berkurang, dan mebutuhkan landasan yang lebih panjang dan kecepatan tinggi saat melakukan pendaratan. Namun desain delta wing ini juga mengakibatkan pesawat mudah untuk dibuat, mampu terbang dengan kecepatan tinggi, serta memiliki daya tampung bahan bakar yang lebih banyak.

Prototype Mystere-Delta 550 berhasil melakukan first flight pada tanggal 25 Juni 1955 dan setelah mengalami sejumlah pengembangan maka pesawat ini kemudian berganti nama menjadi Mirage I pada akhir tahun 1955. Hasil uji coba terbang Mirage I sebetulnya cukup memuaskan, namun pesawat ini berukuran terlalu kecil sehingga hanya mampu membawa persenjetaan berupa sepucu peluru kendali udara ke udara saja. Sebagai akibatnya, maka Mirage I tidak pernah memasuki tahap produksi dan prototype pesawat ini kemudian dihancurkan.

Berbekal pengalaman dari hasil pengembangan Mirage I, maka Dassault kemudian membuat pesawat yang berukuran lebih besar dan diberi nama Mirage II. Semula pesawat ini akan menggunakan mesin turbojet Turbomeca Gabizo. Namun kemudian diputuskan bahwa Mirage II akan menggunakan mesin turbojet SNECMA Atar yang jauh lebih bertenaga. Mesin SNECMA Atar sendiri pada dasarnya banyak menggunakan teknologi yang diperoleh dari hasil mempelajari mesin turbojet BMW 003 buatan Jerman yang berhasil direbut oleh Perancis pada akhir Perang Dunia II. Pada akhirnya desain Mirage II tidak pernah dibuat dan Dassault langsung melompat untuk mengembangkan pesawat tempur yang berukuran lebih besar dan diberi nama Mirage III.

Prototype Mirage III berhasil melakukan first flight pada tanggal 17 September 1956. Angkatan Udara Perancis ternyata puas akan hasil uji coba pesawat ini dan kemudian memutuskan agar Mirage III segera memasuki tahap produksi. Mirage III pun mulai digunakan oleh Angkatan Udara Perancis pada tahun 1961 dan terus mengoperasikan pesawat ini sampai akhirnya digantikan oleh Mirage pada tahun 1978-1982.

Walaupun merupakan pesawat tempur buatan Perancis, namun kehandalan dan kemampuan tempur Mirage III justru terlihat ketika dioperasikan oleh Angkatan Udara Israel. Israel menggunakan Mirage III secara besar-besaran dalam Perang Enam Hari tahun 1967, namun perang tersebut juga mengakibatkan Perancis melakukan embargo militer terhadap Israel dan kemudian mengakibatkan beralihnya penyuplai persenjataan terbesar Israel dari Perancis kepada Amerika Serikat. Walaupun demikian, Mirage III AU Israel masih digunakan dalam War of Attrition tahun 1970 dan Perang Yom Kippur tahun 1973. Mirage III eks AU Israel kemudian banyak dijual kepada Angkatan Udara Argentina pada akhir tahun 1970-an dan ikut bertempur dalam Perang Falkland melawan Inggris pada tahun 1982.

Selain Israel dan Argentina, Mirage III juga banyak digunakan oleh Angkatan Udara Afrika Selatan selama terlibat perang perbatasan dengan Angola. Karena menghadapi embargo militer sehubungan dengan praktek politik Apartheid, AU Afrika Selatan kemudian banyak melakukan peningkatan kemampuan Mirage III mereka dan menjadi pesawat tempur Atlas Cheetah. AU Afrika Selatan mengoperasikan Cheetah sampai dengan tahun 2008 dan kemudian digantikan oleh JAS-39 Grippen.

Saat ini negara-negara yang masih mengoperasikan Mirage III adalah Argentina, Kolumbia, Gabon, Libya, Pakistan, dan Zaire. Mirage III milik AU Pakistan banyak yang merupakan bekas pakai AU Australia, Lebanon, dan Spanyol yang diperoleh pada awal tahun 1990-an. AU Pakistan melakukan peningkatan kemampuan Mirage III melalui Project Rose (Retrofit Of Strike Element) sehingga Mirage III mereka masih akan terus dioperasikan sampai dengan tahun 2015 sebelum kemudian akan digantikan oleh pesawat tempur JF-17 Thunder hasil kerja sama Pakistan dengan RRC.

Specifications (Mirage III E)
Crew : 1
Powerplant : 1 x 58.9 kN SNECMA Atar 09C afterburning turbojet engine
Length : 15.00m
Wingspan : 8.22m
Height : 4.50m
Weight empty : 7,050 kg
Maximum take-off weight : 13,500 kg
Maximum speed : 2,350 km/h
Range : 2,400 km
Service ceiling : 17,000m
Armament : 2 x 30mm ADEN cannons; 2 x AIM-9 Sidewinder or Matra R550 Magic air-to-air missiles; up to 4,000kg (8,800lb) of bombs, rockets, or air-to-surface missiles
Related Post