Kapal induk Jepang Shōkaku


Kapal induk Jepang Shōkaku

Data Teknis

Berat benanam: 25.675 ton (muatan standar),
32.105 tons (muatan penuh)
Panjang: 257,5 m
Lebar: 26 m
Draft: 8,8 m
Tenaga penggerak: Turbin Kanpon,
119 MW (160.000 hp),
4 baling-baling
Kecepatan: 34,2 knot (63.3 km/jam)
Jarak tempuh: 9.700 nmi pada 18 knot
(18.000 pada 33 km/jam)
Awak kapal: 1.660
Persenjataan: 16 × meriam anti pesawat terbang 127 mm (Tipe 98)
70 × meriam anti pesawat terbang 25 mm (Tipe 96)
Pesawat: 72(+12)
18 Zero, 27 Val, 27 Kate (Des. 1941)

Shōkaku mulai dibangun di Galangan Kapal Yokosuka pada 12 Desember 1937, diluncurkan pada 1 Juni 1939, dan mulai bertugas pada 8 Agustus 1941. Pembuatan kapal-kapal induk Kelas Shōkaku berada dalam program yang sama yang juga melibatkan pembuatan kapal-kapal tempur kelas Yamato. Dengan desain modern yang efisien, berat sekitar 30.000 ton, dan kecepatan maksimum 34 knot (63 km/jam), Shōkaku dapat membawa 70 hingga 80 pesawat. Daya tahannya yang tinggi dibandingkan dengan kapal induk sekutu sekelasnya memungkinkan Shōkaku dapat bertahan dalam kerusakan serius selama Pertempuran Laut Koral dan Santa Cruz, meskipun pada akhirnya hidupnya dihentikan oleh torpedo-torpedo kapal selam.

Shōkaku dan kapal induk kembarannya Zuikaku, menyusun Divisi Kapal Induk Ke-5 Jepang, memperoleh pesawat-pesawat terbangnya beberapa saat sebelum penyerangan Pearl Harbor dan siap tempur tepat pada waktunya. Pesawat-pesawat pelengkapnya terdiri dari 15 pesawat tempur Mitsubishi A6M, 27 pengebom tukik Aichi D3A, dan 27 pengebom torpedo Nakajima B5N.

Bersama dengan Zuikaku, Shōkaku tergabung dalam Kido Butai (gugus serang Pearl Harbor) dan ikut serta dalam serangkaian ofensif laut Jepang di masa-masa awal perang, termasuk penyerangan Rabaul pada Januari 1942, dan Pertempuran Laut Koral di bulan Mei.

Dalam serangan Lautan Hindia Maret 1942, Shōkaku bersama dengan Akagi, Zuikaku, Sōryū, dan Hiryū menyerang Colombo. Di sini Laksamana Chuichi Nagumo berhasil secaral luas merusakkan fasilitas-fasilitas pendukung.

Tugas tersebut diselesaikan dengan baik, gugus tugas berhasil menemukan dan menenggelamkan kapal induk Britania Hermes, dan dua penjelajah (Cornwall dan Dorsetshire), yang hendak bergerak ke Laut Koral. Shōkaku ikut berperan dalam penenggelamkan kapal USS Lexington, namun menderita beberapa kerusakan dari serangan pesawat-pesawat kapal induk USS Yorktown dalam perjalanan pulang.[1]

Setelah perbaikan, Shōkaku ambil bagian dalam dua pertempuran di tahun 1942, keduanya beraksi bersama kapal kembarannya Zuikaku. Di Pertempuran Solomon Timur, mereka berhasil merusakkan USS Enterprise, dan di Pertempuran Kepulauan Santa Cruz, mereka menenggelamkan USS Hornet tetapi lagi-lagi Shōkaku menderita kerusakan serius dari pengebom-pengebom tukik Amerika.

Pada 1943 di bawah komando Kapten Matsubara Hiroshi, Shōkaku kembali bertugas, melakukan serangan balasan terhadap Kepulauan Aleutian, namun operasi dibatalkan setelah kemenangan sekutu di Attu. Setelah itu sepanjang sisa tahun 1943, Shōkaku berpangkalan di Truk.

Pada 1944, Shōkaku dipangkalkan di Kepulauan Lingga, salah satu gugusan Kepulauan Riau di selatan Singapura. Pada 15 Juni 1944, Shōkaku berangkat bersama dengan Armada Bergerak untuk Operasi A-Go, sebuah serangan balasan terhadap kekutan sekutu di Kepulauan Mariana. Selama Pertempuran Laut Filipina pada 19 Juni 1944 pukul 11:23, Shōkaku dihantam tiga (kemungkinan empat) torpedo dari kapal selam AS Cavalla (dikomandani Herman J. Kossler). Saat Shōkaku sedang mengisi bahan bakar pesawat-pesawatnya yang merupakan kondisi paling mudah diserang, serangan torpedo dilancarkan. Hantaman torpedo memicu kebakaran yang ternyata tidak dapat dikendalikan. Pada 14:08 sebuah bom udara milik pesawat-pesawat Shōkaku meledak, memicu ledakan terbakarnya bahan bakar pesawat. Shōkaku tenggelam dengan cepat pada posisi 11°40′N 137°40′E / 11.667°LU 137.667°BT / 11.667; 137.667 membunuh 1.272 awaknya. Penjelajah Yahagi, perusak Urakaze, Wakatsuki, dan Hatsuzuki berhasil menyelamatkan Kapten Matsubara dan 570 awak.
Related Post