M26 Pershing Heavy Tank
M26 Pershing adalah heavy tank yang digunakan oleh pasukan AS pada masa-masa akhir Perang Dunia II. Tank ini diberi nama Pershing sebagai penghargaan untuk mengenang jasa-jasa Jenderal John Joseph “Black Jack” Pershing, komandan American Expeditionary Force dalam Perang Dunia I.
Tank dengan berat sekitar 41,8 ton ini diawaki lima orang dan menggunakan mesin bensin Ford GAF V-8 berkekuatan 500 tenaga kuda. Memiliki kecepatan maksimum 40 km/jam dan jarak tempuh sekitar 160 km. Persenjataan utama tank ini adalah sepucuk meriam M3 kaliber 90mm dengan 70 butir amunisi. Selain itu masih ditambah dengan dua pucuk senapan mesin ringan Browning M1919A4 kaliber 0.30 (5.000 butir amunisi) dan sepucuk senapan mesin berat Browning M2HB kaliber 0.50 (550 butir amunisi).
Proyek tank ini sebetulnya telah dimulai pada tahun 1942-1943, namun tidak berjalan lancar karena menemui banyak hambatan,; termasuk ditentang oleh sejumlah perwira militer AS. Pada masa itu doktrin militer AS tidak mengenal konsep heavy tank. Selain itu doktrin pasukan AS pada waktu itu juga menyebutkan bahwa pasukan tank adalah untuk mendukung pasukan infantri, sementara pertempuran antar tank adalah tugas pasukan tank destroyer. Tidak hanya proyek tank T26/M26 saja yang ditentang, bahkan penggunaan meriam kaliber 76mm pada tank-tank Sherman juga tidak berjalan mulus karena dianggap tidak mampu melontarkan proyektil HE sebaik meriam 75mm. Tidak main-main, salah satu penentang tank T26/M26 dan meriam kaliber 76mm adalah Jenderal George S.Patton.
Kemunculan tank-tank Panther dan Tiger dalam pertempuran di Normandia merubah semua pandangan tersebut. Para perwira militer AS pun berbalik banyak yang meminta Sherman dipersenjatai dengan meriam 76mm (termasuk jenderal Patton) dan proyek tank T26/M26 kembali berjalan dan kemudian memasuki masa produksi, walaupun masih dalam skala terbatas.
Pada bulan Desember 1944 Jerman melancarkan serangan di Ardennes dan walaupun akhirnya pasukan AS berhasil memukul mundur serangan Jerman tersebut, mereka kehilangan banyak tank. Militer AS pun kemudian meminta agar T26 segera dikirim ke medan perang. Namun karena masalah produksi, hanya sekitar 20 unit yang berhasil dikirim ke Eropa pada bulan Januari 1945.
T26 tidak sempat digunakan dalam pertempuran besar di Eropa, namun beberapa kali terlibat dalam kontak senjata dengan pasukan Jerman. Untuk pertama kalinya pasukan AS memiliki tank yang mampu diajak bertempur secara frontal melawan tank-tank Panther dan Tiger. Namun sebuah tank T26 sempat rontok dalam duel melawan tank Tiger Jerman. T26 terus digunakan hingga Perang Dunia II usai. Selain di Eropa, beberapa unit T26 juga sempat dikirim ke Okinawa namun tidak sempat terlibat pertempuran karena mendarat hanya beberapa hari sebelum Jepang menyerah.
Usai Perang Dunia II, kode T26 diubah menjadi M26 Pershing dan kemudian digolongkan sebagai medium tank. Varian selanjutnya adalah versi yang lebih modern dan diberi nama M46 Patton. Tank-tank ini kemudian digunakan dalam Perang Korea dan pada tahun 1950-an sejumlah negara Eropa Barat juga menerima tank ini sebagai bagian dari kekuatan militer mereka. Salah satunya adalah Italia yang menggunakannya sampai tahun 1963.
Dari pengalaman membuat tank M26 Pershing inilah yang kemudian menjadi dasar bagi AS dalam pengembangan tank M48 dan M60 Patton.