KRI Tanjung Pandan
Kapal “Gunung Djati” asalnya adalah kapal samudera yang bernama “Pretoria” kepunyaan Deutsche Ostafrika - Linie di Hamburg, yang melayani rute antara Jerman dan Afrika.
Salah satu kembarannya / kakaknya (sistership) adalah “Windhuk”, yang diluncurkan pada bulan Juli 1936 dan diantar pada bulan Desember ditahun yang sama. Pelayaran perdananya adalah pada tanggal 19 Desember menuju ke Capetown, Afrika Selatan.
Setelah pecah perang dunia II pada November 1939, kapal ini ditugaskan kedalam Kriegsmarine (Angkatan Laut Jerman – Era Nazi).
Dalam masa perang, kapal ini menghabiskan sebagian besar waktunya bertugas dalam 'U-boot Dienst' dimana setelah ditugaskan kedalam Kriegsmarine , kapal ini menjadi kapal bantuan untuk armada pelatihan U-Boat (Kapal Selam Jerman) di Kiel. Pada Januari 1940 kapal ini menjadi kapal bantuan untuk 21st U-boot Flotilla di Neustadt kemudian pada Desember 1940 untuk 1st U-boot Division di Pillau. Pada awal 1945, “Pretoria” dipindahkan ke Medical Area East ('Sanitatsamt-Ost') untuk bertugas sebagai Kapal Rumah Sakit (lazarettschiffe).
Untuk tugas ini, kapal ini mempunyai kapasitas lebih dari 2500 orang dengan kru sebanyak 260 orang. Sampai April 1945, kapal ini mengambil bagian dalam proses evakuasi pengungsi dari wilayah Baltik di timur Jerman yaitu Prussia dan Polandia.
Setelah perang, kapal ini diambil alih oleh Otoritas Pendudukan Inggris pada Mei 1945 sebagai rampasan perang dan diberi nama “Empire Doon”.
Pada 1947, kapal ini diubah di Thornycroft's, Southampton, menjadi kapal pengangkut personil. Mesin uap Benson tekanan tinggi asli nya diganti dengan mesin uap Foster-Wheeler yang bertekanan 500 psi. Kembali beroperasi dibawah manajemen Orient Line. Pada tahun 1949, kapal ini diberi nama “Empire Orwell”.
Pada tahun 1958 kapal ini disewakan kepada the Pan-Islamic Shipping Co of Karachi, Pakistan. Bulan November tahun yang sama, kapal ini dijual kepada the Blue Funnel Line sebagai kapal untuk para Jema’ah yang ingin naik haji.
Kapal ini kemudian diberi nama “Gunung Djati” dan dilakukan re-fit yang membuat berat matinya meningkat menjadi 17.891 Ton. Ketika re-fit ini, kapal ini dtambahkan Masjid dan juga penunjuk arah Kiblat. Kapal ini mempunya kapasitas 106 orang kelas utama, dan 2000 orang kelas biasa.
Pada tahun 1960 kapal bertugas mengangkut Jema’ah asal Indonesia, untuk menggantikan kapal “Tyndareus”. Pada tahun 1962, kapal ini dijual ke Indonesia untuk tugas yang sama. Antara April dan Oktober 1973 kapal ini kembali di re-fit.
Pada tahun 1979 kapal ini dijual kepada Angkatan Laut Indonesia sebagai kapal angkut personil, dan diberi nama KRI “Tanjung Pandan”.
Menjelang akhir hayatnya di Angkatan Laut Indonesia, kapal ini digunakan sebagai kapal bantuan sebelum akhirnya dijual ke China pada tahun 1991 untuk hancurkan / dipreteli. Kapal “Gunung Djati” terkenal dengan satu-satunya kapal bercerobong dua milik maskapai Blue Funnel Ship.