Sukhoi Su-3

Sukhoi Su-3 (I-360); 1942

Pada saat evakuasi OKB Sukhoi ke Novosibirsk, purwarupa dari pengembangan Su-1, yaitu SU-3, sedang dalam pembuatan. Pada awalnya diberi kode I-360, Su-3 memakai bodi pesawat dan permukaan ekor dari Su-1 dengan sayap yang baru secara keseluruhan dengan bentang yang lebih pendek sehingga mengurangi luar permukaan sayap sebanyak 2 m2. Kapasitas radiator diperbesar, tetapi bagian utama lainnya sama persis dengan Su-1.

Su-3 mempertahankan mesin M-105P dan persenjataan dari Su-1. Pembuatan Su-3 selesai di Novosibirsk dan mulai melakukan uji terbang pada musim panas 1942. Walaupun TsIAM bertanggung jawap penuh atas pengembangan turbo-supercharger TK-2, kekurangan-kekurangan principal tetap ditemui, dan sebagai konsekuensinya pengembangan dari Su-3 tidak dilanjutkan pada 1942.

Spesifikasi:

BERAT:
Berat Lepas-Landas: 2860 kg; 6305 lb
Berat Kosong: 2490 kg; 5490 lb
DIMENSI
Bentang Sayap: 10.10 m; 33 ft 2 in
Panjang: 8.42 m; 27 ft 7 in
Tinggi: 2.71 m; 8 ft 11 in
Luas Sayap: 17.00 m2; 182.99 sq ft
PERFORMA
Kecepatan Max.: 638 km/h; 396 mph
Jarak Operasional: 700 km; 435 miles
More about Sukhoi Su-3

Sukhoi Su-8

Sukhoi Su-8 (DDBSh); 1943

Fungsi: Pesawat Serang Darat (Ground Attack)
Pembuat: Sukhoi
Didesain oleh: Pavel Sukhoi
Penerbangan Pertama: 1944
Status: Prototype only
Jumlah dibuat: 2
Sukhoi Su-8 atau DDBSh (Dalam bahasa Rusia: Су-8 ДДБШ - Двухмоторный Двухместный Бронированный Штурмовик – Pesawat serang darat berlapis baja-berkursi dua-bermesin ganda) adalah purwarupa pesawat serang berat milik Soviet dari Great Patriotic War.

Pengembangan

Ketika Sukhoi sedang menyempurnakan pesawat serang ringan Sukhoi Su-6, OKB juga mengembangkan pesawat besar, berat, bersenjata berat dan berlapis baja Su-8. Dua purwarupa selesai pada 1943 dan melakukan uji pabrik pada 1944, tetapi tidak dapat lolos dari uji pemerintah maupun produksi karena ketidakadaan mesin M-71. Sebuah usaha dilakukan dengan mengganti mesin menjadi Mikulin AM-42 tetapi tidak terlihat adanya perkembangan.

Su-8 mempunyai konstruksi tetap. Kokpitnya berlapis baja, dengan bodi pesawat menengah berbahan aluminium dan ekor monocoque (konstruksi dengan frame berbentuk seperti tabung yang dilapisi dengan bahan tertentu) kayu. Sayapnya terbuat dari konstruksi baja dan aluminium dengan lapisan kayu (triplek) pada bagian luarnya. Kemudi kembarnya berbahan logam. Sebagai tambahan untuk kokpit, mesin, tangki bahan bakar dan oli pendingin semua berlapis baja, dengan berat lapis baja total 1.680 kg (3.705 lb), lebih dari dua kali berat lapis baja pada Ilyushin Il-2.

Specifikasi (Su-8)

Karakteristik Umum:
•Awak: 2
•Panjang: 13.5 m (ft in)
•Bentang Sayap: 20.5 m (ft in)
•Tinggi: ()
•Luas Sayap: 60 m² (646 ft²)
•Berat Kosong: 9,180 kg (20,240 lb)
•Berat dengan Muatan: 12,425 kg (27,390 lb)
•Berat Lepas Landas Max.: 13,380 kg (29,500 lb)
•Mesin: 2× Mesin Radial Shvetsov M-71F, dengan kekuatan masing-masing 1,640 kW (2,200 hp)

Performa:
•Kecepatan Maksimal: 550 km/h (300 kn, 340 mph) pada 4,600 m (15,090 ft)
•Jarak Operasional: 1,450 km (785 nmi, 900 mi)
•Tinggi Operasional Max.: 9,000 m (29,530 ft)
•Kecepatan Naik: 9 min to 5,000 m (16,405 ft)

Persenjataan
•4 ×Kanon Nudelman N-37 37 mm (1.46 in) atau 4 × Nudelman N-45 45 mm (1.78 in) di bawah badan pesawat.
•8 × Senapan Mesin ShKAS 7.62 mm (0.30 in) (empat di setiap sayap)
•1 × senapan mesin UBT 12.7 mm (0.50 in) di turret atas
•1 × ShKAS 7.62 mm di turret bawah
•Berat amunisi total 232 kg (510 lb)
•Bom hingga 1400 kg (3,085 lb)
More about Sukhoi Su-8

KRI Teluk Bayur-502

KRI Teluk Bayur-502

Kapal perang jenis Landing Ship tank (LST) di bawah pembinaan satuan Lintas Laut Militer (Satlinlamil) Surabaya termasuk salah satu kapal perang yang diusulkan untuk dihapus dari jajaran Kolinlamil. KRI Teluk Bayur-502 sudah lebih dari empat puluh tahun dioperasikan TNI AL dalam berbagai penugasan operasi dan latihan.

Kapal perang yang sampai saat ini diawaki oleh 95 personel sejak masuk menjadi kekuatan unsur kapal perang TNI AL tepatnya 17 Juni 1961 telah mengemban berbagai penugasan operasi militer untuk perang dan operasi militer selain perang ke berbagai wilayah perairan Indonesia.

Berbagai penugasan operasi militer diantaranya ikut dalam operasi angkutan pergeseran pasukan ke Timor–Timur dan berbagai penugasan ke perairan di Wilayah Indonesia dalam rangka mengakut pasukan untuk penugasan di daerah rawan konflik.

Demikian pula beberapa tahun sebelumnya pernah mendapat tugas untuk membantu kegiatan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia diantaranya mengangkut alat-alat berat Departemen Pekerjaan umum dan mengangkut berbagai kebutuhan untuk pemukiman transmigrasi di Sulawesi serta kegitan bantuan sosial lainnya ke beberapa pulau lainnya di Indonesia baik di wilayah Timur maupun Barat.

Sedangkan dalam kegiatan latihan, kapal perang yang berfungsi sebagai angkut tank dan personel tersebut dalam kegiatan pendaratan amphibi maupun pendaratan administrasi ikut terlibat dengan berbagai latihan manuver lapangan (Manlap) diantaranya latihan Puncak TNI AL Armada Jaya sampai dengan latihan gabungan TNI yang digelar Desember tahun lalu.

Kapal perang yang diproduksi Amerika Serikat tahun 1942 termasuk jenis angkut tank dengan panjang 99,89 meter dan lebar 15,25 meter dengan tonage 2510 ton, pada awal masuk dan dioperasikan Kolinlamil memiliki kemampuan berlayar sampai dengan 10 knot per jam dan mampu mengangkut sampai 17 tank dalam kegiatan operasi dan latihan.

KRI Teluk Bayur -502 yang telah direpowering beberapa tahun yang lalu memiliki kemampuan mengangkut sampai dengan 800 personel atau lebih dari dua batalyon tempur dengan segala perlengkapan perorangan dengan pemasangan tenda-tenda pasukan di geladak utama sebagai salah satu fasilitas akomodasi pasukan.
More about KRI Teluk Bayur-502

RQ-3A DarkStar Tier III Minus

RQ-3A DarkStar Tier III Minus

UAV Tier III Minus, yang lebih deikenal dengan julukan DarkStar, adalah satu dati dua UAV altitude dan enduransi tinggi yang sedang dikembangkan untuk DARO (Defense Airborne Reconnaissance Office) oleh Advanced Research Projects Agency (ARPA). Departemen Pertahanan AS membatalkan progran UAV DarkStar pada Februari 1999 karena pemotongan anggaran. Diberi pilihan antara stealth atau jarak, AU AS lebih memilih Global Hawk (jarak) dari pada Darkstar (stealth).

Program Tier III Minus adalah program pertama yang dilakukan di bawah "Section 845 Authority". Otoritas ini melancarkan jalan kolaborasi antara industri-pemerintah yang sebelumnya belum pernah dilakukan dengan mengesampingkan peraturan pengadaan/procurement Dewan Pertahanan. Tier Three Dark Star datang dengan spesifikasi dalam satu halaman yang menunjukkan kehebatan altitude, enduransi dan penjejakan (stealth) untuk dengan biaya $10 juta (tahun fiskal 1994) untuk 11-20 unit.

Sistem DarkStar adalaj UAV dengan altitude dan enduransi tinggi yang dikembangkan untuk pengintaian pada area dengan pertahanan ketat. Secara fisik, bentang sayapnya sedikit lebih lebar dari setengah bentang sayap Global Hawk dan panjangnya hanya sepertiganya. Stasiun operator daratnya dikembangkan oleh Raytheon/E-Systems yang mengkombinasikan perencanaan misi, komando dan kontrol, komunikasi dan kontrol kualitas penggambaran area ke dalam sebuah dua stasiun yang dapat berpindah tempat. Dikembangkan tingkat stealth tinggi, tujuan operasional DarkStar adalah agar dapat berhasil dan selamat dalam melakukan penetrasi ke wilayah dengan pengamanan ketat. Melengkapi Tier II Minus, Tier II Plus akan dikembangkan untuk UAV jarak jauh dalam operasi pengintaian dengan tingkat pengamanan rendah-medium. Kedua UAV ini dapat lepas landas, terbang dan mendarat secara otomatis penuh, dan dapat diganti misinya secara dinamis selama dalam penerbangan. Tier II Minus dapat beroperasi hingga 500 mil laut dari tempat lepas landas dan dapat terbang selama 8 jam dengan ketinggian 45.000 kaki, dengan membawa beban sensor radar bidik kamera sitetis atau elektro-optik. DarkStar dapat mengangkut beban 1.000 pound.

Sistem sensornya mirip dengan Global Hawk, kecuali lebih sedikit bandwith-nya karena kebutuhan jaringan komunikasi dalam jarak yang lebih pendek. Sebagai tambahan DarkStar dapat membawa beban radar atau EO, tidak seperti Global Hawk yang mampu membawa keduanya sekaligus.

Sebuah team dari Lockheed/Boeing memimpin pengembangan sistem Tier III Minus. Setiap perusahan bertanggung jawab terhadap 50 persen program. Boeing Military Aircraft Division, Seattle, bertanggung jawab untuk pengembangan dan uji sayap dan subsistem sayap. Lockheed Martin Skunk Works, Palmdale, bertanggung jawab pada desain dan pengembangan bodi pesawat dan subsistemnya, perakitan akhir, integrasi dan uji sistem. Sebuah mesin turbo-fan, yang disediakan oleh Williams International, menghasilkan tenaga untuk UAV ini.

DarkStar melakukan penerbangan pertamanya pada Maret 1996. Pada penerbangan kedua terjadi kecelakaan karena kesalahan modelling aerodinamis. Pada 22 Desember 1996, Wakil Menteri Pertahanan untuk Akuisisi dan Teknologi, Paul G Kaminski, menyetujui revisi terhadap program UAV DarkStar. Revisi program ini merupakan hasil dari review independen atas kecelakaan yang terjadi tersebut.
More about RQ-3A DarkStar Tier III Minus

Yakovlev Yak-15 Feather

Yakovlev Yak-15 Feather

Yak-15 adalah salah satu pesawat jet tempur pertama Uni Soviet. Prototype pesawat tempur ini berhasil melakukan first flight pada tanggal 24 April 1946, bersamaan dengan first flight prototype MiG-9. Yak-15 sendiri kemudian diproduksi sebanyak 280 unit.

Sama halnya seperti MiG-9, Yak-15 juga menggunakan mesin yang berasal dari mesin jet buatan Jerman yang berhasil direbut oleh Uni Soviet pada akhir Perang Dunia II. Dalam hal ini yang digunakan adalah mesin Tumansky RD-10 yang merupakan hasil jiplakan dari mesin Junkers Jumo 004. Yak-15 sendiri pada dasarnya merupakan hasil modifikasi besar-besaran terhadap pesawat tempur Yak-3, terutama penggantian mesin piston Klimov VK-105 dengan mesin jet Tumansky RD-10.

Specifications (Yak-15)
Crew : 1
Powerplant : 1 x 8.9 kN Tumansky RD-10 turbojet engine
Length : 8.70m
Wingspan : 9.20m
Height : 2.27m
Weight empty : 1,918 kg
Loaded weight : 2,234 kg
Maximum speed : 805 km/h
Range : 510 km
Service ceiling : 13,350m
Armament : 2 x 23mm NS-23 cannons
More about Yakovlev Yak-15 Feather

Caproni Ca.135

Caproni Ca.135

Caproni Ca.135 adalah medium bomber yang digunakan oleh Angkatan Udara Italia dan Hungaria dalam Perang Dunia II. Pesawat ini berhasil melakukan first flight pada tanggal 1 April 1935 dan mulai digunakan secara operasional pada tahun 1936. Ca.135 hanya diproduksi sebanyak 140 unit.

Sama halnya sepeti sebagian besar pesawat militer buatan Italia pada tahun 1930-an, Ca.135 masih menggunakan konstruksi sayap yang terbuat dari kayu serta sebagian kulit pesawat yang masih terbuat dari bahan semacam kain. Sebagai medium bomber, performa Ca.135 termasuk mengecewakan karena mesin yang kurang bertenaga sehingga mengakibatkan kurangnya jarak tempuh dan ketinggian terbang. Oleh karena itu maka AU Italia bisa dikatakan tidak pernah menggunakan Ca.135 dalam pertempuran dan hanya menggunakannya sebagai pesawat latih sampai dengan tahun 1941. Memanng sebanyak tujuh unit bomber ini pernah dikirimkan untuk membantu pihak Nasionalis dalam Perang Saudara Spanyol, namun hanya dua pesawat yang berhasil tiba di Spanyol karena lima pesawat lainnya mengalami kerusakan teknis saat melakukan penerbangan menuju Spanyol. Dari lima pesawat tersebut, hanya dua yang berhasil mendarat kembali di Italia; sementara sisanya jatuh di lautan.

Hungaria adalah pengguna terbesar Ca.135 dan memiliki sekitar 100 unit pesawat ini, walaupun sebagian besar merupakan bekas pakai AU Italia. Ca.135 mulai digunakan oleh AU Hungaria pada tahun 1939 dan sama seperti AU Italia, sebenarnya pilot-pilot Hungaria banyak yang mengeluhkan kemampuan pesawat ini. Namun Hungaria tetap menggunakan Ca.135 karena pada saat tersebut hanyat pesawat itulah yang mereka miliki sebagai medium bomber. Ca.135 AU Hungaria digunakan dalam Perang Dunia II untuk membantu pasukan Jerman dalam pertempuran di front Rusia dari tahun 1941 sampai dengan tahun 1943. Sejak tahun 1943 Ca.135 Hungaria ditarik dari garis depan dan digantikan oleh Junkers Ju-88 buatan Jerman.

Selain Italia dan Hungaria, negara lainnya yang mengoperasikan Ca.135 adalah Peru. Peru mengoperasikan enam unit pesawat ini dari tahun 1937 sampai dengan tahun 1942. Ca.135 milik Peru sempat digunakan dalam perang perbatasan Peru dengan Ekuador pada tahun 1941.

Specifications (Ca.135bis)
Crew : 5
Length : 14.40 m
Wingspan : 18.75 m
Height : 3.40 m
Empty weight : 4,500 kg
Loaded weight : 8,500 kg
Powerplant : 2 x 1,000 hp Piaggio P.Xibis RC40 radial engines
Maximum speed : 440 km/h
Range : 1,200 km
Ceiling : 7,000 m
Armament : 3 x 12.7mm machine guns and up to 1,600 kg of bombs
More about Caproni Ca.135

HMS Hood

HMS Hood

Ide untuk membangun Hood setahun sebelum pertempuran laut Jutland terjadi. Tepatnya pada 1913, Dewan Petinggi AL Kerajaan Inggris memutuskan membangun kapal perang baru. Ada dua syarat yang wajib dipatuhi yaitu mampu dipasangi meriam dengan caliber 15 inci (381 mm) dan mampu melaju hingga mencapai 33 knot. Agar kedua syarat dapat dipenuhi maka terpaksa mengorbankan proteksi di bagian atas dek.
Pada awalnya Inggris membangun 4 kapal sejenis namun setelah desain rampung ,London membatalkan niat tersebut. Ssaat membangun Hood merupakan capital-cruiser. Dilihat dari kesaktian yang dimilikinya, kapal ini sebenarnya lebih pantas digolongkan sebagai battleship cepat.

Melawan Bismarck
Hood masih merupakan capital-ship terbesar dan tercepat saat PD II pecah. September 1939 ketika Nazi Jerman melancarkan serangannya ke Polandia, AL Inggris memasang Hood sebagai flag ship dari unit Battlecruiser Squadron, Home Fleet.

Maret 1940 para petinggi AL Inggris memutuskan untuk melakukan sedikit perombakan pada kapal. Selama hamper dua bulan lamanya kapal ini bermukim did ok kering. Perubahan paling mendasar berupa penghapusan seluruh meriam caliber 5,5 inci (140 mm). sebagai gantinya Inggris menyomot tiga buah unit meriam caliber 4 inci (102 mm).

Juni 1940 Hood memasuki jajaran gugus tugas Force-H dan berperan sebagai flag-ship serta dipimpin oleh Vice-Admiral ( setara Laksamana Madya) Somerville dimana ditugasi mengepung armada kapal perang AL Prancis yang berkumpul di Mers-el-Kebir.
Bersama battleship HMS Prince of Wales ditugasi menyergap battleship Jerman yaitu KMS Bismarck dan Prinz Eugen. Pada tanggal 24 Mei 1941 terjadi pertempuran. Hood terkena tembakan dari kapal penjelajah Jerman terlebih dahulu. Selanjutnya tembakan salvo dari KMS Bismarck diluncurkan dari meriam utama menghabisi karir Hood. Lambung kapal terbelah menjadi dua dan menyedot hamper semua awak. Hanya 3 orang yang selamat.

Spesifikasi
Klasifikasi : battlecruiser
Asal : Inggris
Mulai dibangun : 1916
Rampung : 1920
Awak : 1.421 (tahun 1941)
Dimensi : anjang 262,2m ; beam 31,8m ; drought 9,7m
PROPULASI : 24 tabung uap model kompak buatan Yarrow; turbin bergigi tunggal buatan Brown-Curtis; jumlah baling-baling 4 buah
Persenjataan : 8 meriam 15 inci (381 mm) ; 12 meriam 5,5 inci (140 mm) ; 8 meriam dual-purpose 4 inci (102mm) ; 24 meriam anti pesawat 2 pdr : 16 senapan mesin 12,7mm ; 4 tabung torpedo 533mm (21inci)
More about HMS Hood

KRI Ki Hajar Dewantara (364)

KRI Ki Hajar Dewantara (364)

KRI Ki Hajar Dewantara (364) merupakan kapal perusak kawal berpeluru kendali. Kapal ini juga merupakan kapal perang latih bagi anggota TNI AL.

KRI Ki Hajar Dewantara merupakan bagian dari armada pemukul (striking force). Memiliki kemampuan jelajah dan persenjataan yang mumpuni bagi pengawalan dan perlindungan kawasa perairan Republik Indonesia.

KRI Ki Hajar Dewantara mengambil nama dari seorang pahlawan nasional yang juga merupakan Bapak Pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara.

Data Teknis
KRI Ki Hajar Dewantara memiliki berat 1,850 ton. Dengan dimensi 96,70 meter x 11,2 meter x 3,55 meter. Ditenagai oleh 2 mesin diesel jelajah, 2 shaft menghasilkan 7000 bhp dan 1 boost turbine dengan 22,300 shp. Sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 27 knot. Diawaki oleh 91 pelaut 14 instruktur dan 100 taruna.

Persenjataan
Sebagai bagian dari armada pemukul KRI Ki Hajar Dewantara dipersenjatai dengan berbagai jenis persenjataan untuk menjaga wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Termasuk diantaranya adalah :

4 rudal permukaan-ke-permukaan MM-38 Exocet buatan Perancis dengan jangkauan maksimal sekitar 42 Km dengan kecepatan 0,9 mach dan hulu ledak seberat 165 Kg dalam konfigurasi 2x2.
1 Meriam Bofors 57/70 berkaliber 57mm dengan kecepatan tembakan 200 rpm, jangkauan 17 Km untuk target permukaan dan udara dengan pemandu tembakan Signal WM28.
2 kanon Penangkis Serangan Udara Rheinmetall kaliber 20mm dengan kecepatan tembakan 1000 rpm, jangkauan 2 KM untuk target udara.
4 Torpedo AEG SUT, berpeluncur tabung 533mm, jangkauan 28 Km pada 23 knot atau 12 Km pada 35 knot dengan hulu ledak seberat 250 Kg.
Bom Laut/Mortir Anti Kapal Selam
Peluncur peluru kendali permukaan-ke-udara Mistral.
Sensor dan elektronis
Sonar menggunakan PHS-32 hull mounted MF, kontrol penembakan menggunakan WM-28 dan EW menggunakan SUSIE-1 intercept, 2 flare RL

Penerbangan

Sebuah helikopter NBO-105 TNI ALTerdapat dek untuk helikopter NBO-105. NBO-105 adalah helikopter buatan Industri Pesawat terbang Nusantara (IPTN) yang sekarang telah berganti nama menjadi PT. Dirgantara Indonesia. Helikopter ini berfungsi sebagai over horizon survelilance, anti kapal selam dan transportasi.

Operasi
Pada tanggal 10 hingga 11 Maret KRI Ki Hajar Dewantara 364 dengan komandannya pada waktu itu, Letkol (laut) Edi Suyadi tergabung dalam satgas Aru Jaya melakukan operasi penghalauan terhadap kapal ferry Lusitania "si bedhes" Expresso yang bermaksud menuju Dilli, Timor timur tanpa ijin. Operasi berhasil dilakukan tanpa ada peluru yang ditembakkan.

Pada tanggal 15-28 Agustus 2002 dalam latihan Dalla-2002, KRI Ki Hajar Dewantara melakukan penembakan peluru kendali permukaan-ke-udara Mistral.
More about KRI Ki Hajar Dewantara (364)

Marder II Tank Destroyer

Marder II Tank Destroyer

Sama halnya seperti Marder I, keberadaan Marder II tidak lepas dari kebutuhan pasukan Jerman akan tank destroyer dalam jumlah besar untuk menghadapi tank-tank Rusia. Jika Marder I merupakan hasil modifikasi terhadap Lorraine 37L, maka Marder II adalah hasil modifikasi terhadap tank ringan Panzer II.

Persenjataan utama tank destroyer dengan tiga orang awak ini sama dengan Marder I, yaitu meriam anti tank PaK 40 kaliber 75mm (37 butir amunisi). Seringkali awak Marder II juga memasang senjata tambahan berupa senapan mesin MG34 kaliber 7,92mm sebagai sarana perlindungan diri.

Marder II digunakan di semua front pertempuran pasukan Jerman, namun tank destroyer ini lebih banyak digunakan dalam pertempuran di front Rusia.

Sebagian besar Marder III digunakan pasukan Jerman di front Rusia. Walaupun demikian, sejumlah Marder III juga digunakan oleh pasukan Jerman di Tunisia, Italia, dan Eropa Barat.
More about Marder II Tank Destroyer

HESA Saegheh-80

HESA Saegheh-80

Iranian Aircraft Industries (IACI) telah bergabung dengan Malek Ashtar's Aeronautical Research Center untuk mengembangkan pesawat domestik Iran. Pesawat Saeqeh diharapkan mampu lebih hebat dari pada generasi sebelumnya Azarakhsh. Pesawat tempur ringan Saeqeh diharapkan dapat berperan sebagai pesawat tempur generasi baru dan jet trainer. Pesawat kursi-tunggal dengan mesin kembar ini akan cocok untuk berbagai macam peran udara-ke-udara dan kebutuhan support.

IACI menyebutkan bahwa proyek ini sudah dimulai beberapa tahun yang lalu, tetapi karena biaya besar yang mencapai $400 juta, maka mereka menghadapi banyak kendala. Saeqeh mampu terbang dengan kecepatan 1.7 Mach atau setara 2.083 km/jam dengan berat sekitar 4.700 kg. Kokpit dan sistem avionik pesawat ini kompatibel dengan display dan sistem lain pada pesawat tempur canggih lain termasuk F-15, F-16, MiG-29, Rafale dan Eurofighter. Sistemnya termasuk simulasi skenario tempur, simulasi operasional senjata dan sistem pertahanan diri, sistem perencanaan misi dan kemampuan debriefing. IACI mengharapkan pesawat ini dapat dipasarkan di negara Asia lain.

Specifications (HESA Saegheh-80)
General characteristics
Length: Nearly 14.70m
Wingspan: 8.80m
Maximum speed: mach 1.8 & mach 1.6 (flying
above water) modified J85 engine with 15.400 lbf thrust (I wouldn't call it J85 anymore!)
Maximum Range: 3.000km (modified flexible
tanks)
Weapon Load: Slightly more than F-5
Service Ceiling: Almost same as F-5
First Flight: 2004
Estimated price: 15 million dollar
More about HESA Saegheh-80

Grumman FF-1

Grumman FF-1

FF-1 adalah pesawat pertama yang dibuat oleh Grumman untuk Angkatan Laut AS. Fighter dengan konfigurasi biplane ini adalah pesawat AL AS pertama yang menggunakna retractable landing gear.

Prototype pesawat ini terbang pertama kali pada tanggal 29 Desember 1931 dan berhasil mencapai kecepatan 314 km/jam. AL AS kemudian membeli sebanyak 60 unit, 27 unit merupakan versi fingther FF-1 dan 33 unit lainnya merupakan versi intai SF-1. Pesawat ini digunakan oleh AL AS dari tahun 1934 sampai dengan tahun 1936 sebelum kemudian ditarik dari garis depan dan digunakan sebagai kekuatan cadangan. Pada tahun 1940 semua pesawat FF-1/SF-1 milik AL AS yang masih ada dimodifikasi dengan dual control dan dijadikan pesawat latih dengan kode FF-2.

Kanada kemudian membeli lisensi pesawat ini dan dibuat sebanyak 57 unit. Sebanyak 40 unit di antaranya kemudian dijual kepada pihak Republik Spanyol dan ikut digunakan dalam Perang Saudara Spanyol. Kemudian Kanada juga menjual pesawat ini masing-masing satu unit kepada Unit Penerbangan Militer Nikaragua dan Angkatan Laut Jepang. Angkatan Udara Kanada sendiri mengoperasikan 15 unit FF-1 hasil lisensi (yang diberi nama Goblin I) dari tahun 1940 sampai dengan tahun 1942.

Specifications (FF-1) :
Crew : 2
Length : 7.47 m
Wingspan : 10.52 m
Height : 3.38 m
Empty weight : 1,405 kg
Maximum take-off weight : 2,121 kg
Powerplant : 1 x 700 hp Wright R-1820-78 Cyclone radial engine
Maximum speed : 333 km/h
Range : 1,100 km
Service ceiling : 6,735 m
Rate of Climbing : 508 m/minute
Armament : 2 x 7.62mm machine guns; 1 x 100 lb (45kg) bomb
More about Grumman FF-1

UH-72A Lakota

UH-72A Lakota, Andalan Baru AD AS

Evakuasi medis, angkut logistik, hingga patroli dalam negeri. Itu tadi merupakan daftar tugas-tugas yang bakal diemban UH-72A Lakota, heli baru milik AD AS. Memang terdengar biasa-biasa saja. Apalagi bila melihat satuan pengguna adalah Army National Guard, so pasti banyak orang berpikir heli ini bukanlah mesin perang canggih dengan segudang teknologi yang spektakuler.

Lepas dari situasi yang tergolong adem ayem tadi, bisa dibilang Lakota sebenarnya merupakan terobosan luar biasa. Biarpun predikat tadi cuma berlaku bagi Eurocopter-EADS. Pasalnya, inilah untuk kali pertama sebuah heli desain asli Eropa mampu mengambil hati petinggi-petinggi Pentagon.

Keputusan Pentagon tadi bukanlah cuma sekadar basa-basi buat mempererat hubungan AS-Eropa yang kian merenggang gara-gara ulahnya di Irak. Namun benar-benar disebabkan karena desakan kebutuhan dilapangan. Begini kira-kira gambarannya. Saat ini Army National Guard mengoperasikan setidaknya tiga tipe heli. Masing-masing adalah Bell UH-1 Huey, OH-58 Kiowa, Sikorsky UH-60 Blackhawk. Dari segi usia, dua tipe pertama sudah kedaluarsa. Sementara UH-60 biarpun tergolong baru namun banyak unit yang harus dikerahkan buat mendukung operasi pasukan AS di garis depan. Apa boleh buat, pengadaan heli barupun mesti digelar.

Partner lokal
Rencana pembelian heli ringan serbaguna atau dikenal dengan nama program LUH (Light Utility Helicopter) muncul ditahun 2005. Kala itu pihak AD AS secara resmi berniat memborong sekitar 322 unit heli ringan baru. Eurocopter jadi salah satu pabrikan heli yang ikut dalam sayembara tadi. Modal yang dibawa adalah UH-145 yang tak lain merupakan versi militer dari heli EC-145.

Tentu saja Eurocopter punya alasan kuat untuk menurunkan tipe EC-145 dalam ajang. Dari segi legalitas misalnya varian ini telah mengantongi sertifikasi kelayakan terbang dari pihak berwenang di AS (US airworthiness authorities). Selanjutnya ditengok dari segi teknis UH-145 menyodorkan sejumlah keunggulan. Dimulai dari volume kabin yang tergolong paling lega di kelasnya. Pintu-pintu, termasuk pintu bagasi belakang yang berguna untuk akses keluar-masuk tandu dibuat lebar. Dibekali sepasang mesin heli juga sudah mengadopsi teknologi glass-cockpit, autopilot generasi terakhir, serta rotor utama non-engsel (hingeless) guna meminimalisir vibrasi dan perawatan.

Bergeser ke soal safety, sudah pasti sesuai dengan yang disyaratkan pihak AD. Sebagai gambaran, sistem pasokan bahan bakar dibuat terpisah satu sama lain. Dengan demikian bila salah satu mesin ngadat tak akan berpengaruh pada mesin lainnya. Fitur keamanan berikutnya, seluruh kursi heli dibuat sedemikian rupa agar mampu menyerap energi hantaman saat heli harus mendarat darurat. Karakter serupa juga dimiliki oleh tubuh heli.

Selain menyodorkan keunggulan, Eurocopter pun juga menerapkan taktik lain agar Pentagon benar-benar ikhlas memakai produknya. Menggandeng sejumlah partner lokal, itulah taktik yang dipakai Eurocopter sejak awal program LUH dicanangkan. Daftarnya lumayan banyak. Sebut saja mulai dari pabrikan heli kondang AS, Sikorsky, WestWind Technologies, dan CAE.

Lantas sekarang apa fungsi dari rekanan-rekanan lokal tadi dalam program? Taruhlah contoh untuk Sikorsky misalnya. Produsen heli Blackhawk ini dipercaya untuk mendukung kelancaran logistik bagi perakitan Lakota. Termasuk didalamnya perbaikan dan overhaul mesin, avionik maupun sistem autopilot. Kemudian ada WestWind Technologies yang dipercaya buat mendukung sepenuhnya piranti pengatur misi, modifikasi pada airframe, hingga dukungan teknis dan manajemen.

Sampai saat ini rencana Pentagon untuk memborong lebih dari 300 unit UH-72A Lakota tetap belum berubah. Semua heli akan dibuat di pabrikan Eurogopter yang berlokasi di Columbus, Mississippi. Bisa jadi kesuksesan Lakota merupakan langkah pembuka bagi heli-heli buatan Eropa lain mendominasi pangsa militer di Negeri Paman Sam yang terkenal punya parameter super ketat. Kita tunggu saja.

Spesifikasi
Volume kabin, termasuk kokpit: 8,08 meter kubik.
Kapasitas angkut: sembilan orang plus satu atau dua pilot.
MTOW: 3,585 kg.
Kapasitas sling: 1,5 ton.
Kapasitas BBM: 694 kg.
Sumber tenaga: sepasang mesin Arriel 1E2
Tenaga take-off: 550 kW
More about UH-72A Lakota

RPG-7

RPG-7

RPG yang merupakan singkatan dari Rocket Propellaned Grenade (granat ber-propelasi roket) sebenarnya masuk ke dalam kategori granat (bukan misil). Hal ini dikarenakan warhead (hulu ledak) di depannya hanya sebuah granat yang diluncurkan oleh sebuah pendorong dengan sistem roket. RPG-7 adalah versi lama sebenarnya namun masih banyak dipakai hingga sekarang dikarenakan biaya rawat nya yang sangat murah. RPG-7 adalah senjata buatan Rusia yang sudah digunakan sejak lama. Kelemahan RPG-7 adalah masih mengusung sistem lama, sehingga roket tidak dibekali "kepintaran" untuk mengunci dan mengejar target.

Data teknis:
Peluru : 40 mm launcher (peluncur) ; 70 - 105mm warheads (hulu ledak).
Tipe : roket tanpa hentakan balik.
Panjang keseluruhan : 650 mm
Berat : 6.3 kg tanpa roket
Jarak tembak : 200 - 500 meter (tergantung jenis roket)
More about RPG-7

KRI Mandau (621)

Kapal Patroli Cepat Kelas Mandau

KRI Mandau (621) merupakan kapal patroli cepat berpeluru kendali milik TNI AL. KRI kelas Mandau ini berperan sebagai kapal patroli utama TNI AL dalam menjaga dan mempertahankan keutuhan NKRI.

KRI kelas Mandau dibuat oleh perusahaan galangan kapal asal Korea Selatan, Tacoma SY, Masan pada 1979. Beberapa variant dari kapal kelas ini diantaranya : KRI Rencong (622) dibuat pada 1979, KRI Badik (623) dibuat pada 1980, dan KRI Keris (624) dibuat pada 1980.

KRI Mandau diawaki oleh 43 orang anak buah kapal termasuk komandan kapal. KRI Mandau tidak dilengkapi untuk pertempuran anti kapal selam (ASW) dan juga tidak dilengkapi dengan sonar pendeteksi bawah laut.

Namun untuk pertempuran permukaan persenjataan yang dimilikinya lumayan lengkap. Awalnya KRI Mandau dilengkapi dengan rudal permukaan Exocet MM-38 dengan jarak jangkau 42km. Semenjak ada kerjasama alih teknologi dengan China Exocet mulai diganti dengan rudal C-802 buatan SACCADE.

KRI Mandau mempunyai panjang 53.58meter * 1.63 meter, dan jelajah tempur 41NM (Nautikal Miles). Bobot penuh 290 ton dan bobot kosong 255 ton.

Reka bentuk kapal sangat memungkinkan untuk mengaplikasi pelbagai sistem persenjataan untuk memenuhi keperluan operasi sesuai dengan tuntutan TNI AL akan operasional kapal patroli cepat.

Persenjataan :
Penggunaan C-802 pada KRI Mandau sempat membuat efek deterence yang besar pada kapal ini, meskipun baru mengaplikasi tabung peluncur pada buritan kapal.

C-802 berbasis pada rudal jelajah anti kapal kondang Exocet dan Harpoon, China sukses merancang dan membuat rudal jelajah dengan nama asli Yingji 82 (YJ-82) ini. Hasil pengembangannya dipakai untuk mempersenjatai armada kapal perang dan pesawat tempur AB China. Varian ekspornya (C-802) kini banyak diminati negara-negara ASEAN.

C-802 mempunyai pendorong turbojet engine dengan berat luncur 715 kg, rudal ini mempunyai kecepatan Mach 0.9 diketinggian 20-30km. Jarak jangkauan mencapai 120 km, dengan muatan hulu ledak 165 kg. Rudal ini berpandu radar inertial dan terminal active radar.

Persenjataan standar KRI Mandau :
• Meriam Bofors 57 mm/70 : 1 pucuk, kecepatan tembakan 200 rpm, berjangkauan maksimum 17 km (9,3 mil laut) dengan berat amunisi 2,4 kg, anti kapal, pesawat udara, helikopter, rudal balistik, rudal anti kapal,
berpemandu tembakan Signaal WM28.
• Meriam Bofors 40 mm/70 : 1 pucuk, kecepatan tembakan 300 rpm, dengan jangkauan maksimum 12 km (6,6 mil laut) dengan berat amunisi 0,96 kg, anti kapal, pesawat udara, helikopter, rudal balistik, rudal anti kapal.
• Kanon Penangkis Serangan Udara (PSU) Rheinmetall 20 mm : 2 pucuk, kecepatan tembakan 1000 rpm, dengan jangkauan efektif 2 km dengan berat amunisi 0,24 kg,
anti pesawat udara, helikopter.
More about KRI Mandau (621)

Northrop F-89 Scorpion

Northrop F-89 Scorpion

Selain Lockheed F-94 Starfire, jet tempur AS lainnya yang merupakan all weather interceptor fighter adalah Northrop F-89 Scorpion. Berbeda dengan F-94 yang dikembangkan dari pesawat latih jet T-33, F-89 adalah hasil desain baru yang benar-benar dirancang sebagai jet tempur segala cuaca. Pesawat tempur ini terbang pertama kali pada tanggal 16 Agustus 1948 dan mulai digunakan secara operasional pada bulan September 1950.

Angkatan Udara AS menggunakan F-89 Scorpion untuk menggantikan P-61 Black Widow dan F-82 Twin Mustang. Varian awal jet tempur ini (F-89A/B/C) dipersenjatai dengan enam pucuk kanon kaliber 20mm serta cantelan senjata di bawah sayap yang bisa dipasangi enam belas roket kaliber 127mm atau bom seberat 1.455 kg. Namun varian yang paling banyak dibuat adalah F-89D yang terbang pertama kali pada tanggal 23 Oktober 1951 dan mulai digunakan secara operasional pada tahun 1954.

Varian F-89D dibuat sebanyak 682 unit. Pada varian ini dilengkapi dengan radar APG-40 (yang dapat mendeteksi sasaran dari jarak 80 km), fire control E-6 buatan Hughes, dan komputer AN/APA-84. F-89D dipersenjatai dengan dua pod roket yang masing-masing berkapasitas 52 buah roket kaliber 70mm, sehingga secara total dipersenjatai dengan 104 roket kaliber 70mm. Nothrop kemudian mengembangkan F-89D menjadi varian F-89E, F-89F, dan F-89G. Namun ketiga varian tersebut tidak berhasil menarik minat USAF sehingga hanya dibuat prototype saja. Baru pada varian F-89H Angkatan Udara AS tertarik dan kemudian menggunakannya pada tahun 1956.

F-89H dilengkapi dengan fire control E-9 buatan Hughes, sama seperti yang digunakan pada jet tempur Convair F-102 Delta Dagger. Masih menggunakan dua pod senjata seperti pada F-89D, hanya saja persenjataan varian F-89H berubah menjadi enam rudal udara ke udara AIM-4 Falcon dan 42 roket kaliber 70mm.

Pada tahun 1956-1957 Angkatan Udara AS menggelar Project Ding Dong, upaya untuk meningkatkan kemampuan varian F-89D. Sebanyak 350 unit varian F-89D kemudian dikonversi menjadi varian F-89J. Varian ini mempunyai kemampuan untuk meluncurkan AIR-2 Genie, roket udara ke udara yang memiliki jarak tembak 9,7km dan dilengkapi dengan hulu ledak nuklir tipe W25. Kemampuan senjata nuklir tersebut pernah diuji coba dalam Operation Plumb Bob di tahun 1957.

F-89 Scorpion digunakan oleh USAF sampai dengan tahun 1959 dan kemudian dialihkan kepada unit-unit Air National Guard yang mengoperasikan F-89 sampi dengan tahun 1969.

Specifications (F-89D)
Crew : 2
Powerplant : 2 x 32.11kN / 7,200 lb-afterburning thrust Allison J35-A-35 turbojet engines
Length : 16.41m
Wingspan : 18.18m
Height : 5.36m
Weight empty : 11,428 kg
Maximum take-off weight : 19,160 kg
Maximum speed : 1,024 km/h
Range : 2,200 km
Service ceiling : 15,000m
Armament : 104 x 70mm rockets
More about Northrop F-89 Scorpion

M8 Greyhound Armored Car

M8 Greyhound Armored Car

Tahun 1941 militer AS menyatakan bahwa mereka membutuhkan panser baru yang lebih modern dan memiliki kemampuan sebagai tank destroyer ringan untuk menggantikan M6 37mm Gun Motor Carriage. Beberapa perusahaan pun membuat panser untuk memenuhi kebutuhan militer AS tersebut, termasuk Ford yang membuat M8 Greyhound dan Chevrolet yang membuat Staghound. Pada akhirnya milter AS memilih M8 Greyhound, sementara Staghound digunakan oleh militer Inggris.

Panser dengan empat orang awak ini memiliki berat 7,9 ton (lebih ringan daripada Staghound yang 13,9 ton). M8 menggunakan mesin bensin Hercules JDX berkekuatan 110 tenaga kuda. Memiliki kecepatan maksimum 89 km/jam dengan jarak tempuh 563 km. Panser ini dipersenjatai dengan sepucuk meriam M6 kaliber 37mm dan senapan mesin Browning M1919 A4 kaliber 0.30. Selain itu masih ada pula sepucuk senapan mesin berat Browning M2HB kaliber 0.50. Khusus untuk M20 yang merupakan varian intai dari M8, maka hanya dipersenjatai dengan sepucuk senapan mesin Browning M2HB.

Pada saat M8 memasuki tahap produksi, dirasakan bahwa meriam 37mm sudah tidak seuai lagi sebagai persenjataan kendaran yang dirancang sebagai tank destoyer. Akhirnya diputuskan bahwa M8 bukan lagi sebagai tank destroyer , tetapi sebagai kendaraan intai dan untuk tugas fire suport secara terbatas. M8 pertama kali diigunakan dalam operasi militer di Italia. Selanjutnya panser ini juga digunakan oleh pasukan AS di Eropa dan front Pasifik. Selama Perang Dunia II panser ini juga digunakan oleh pasukan Inggris, Perancis, dan Brasil.

Pengalaman tempur dalam Perang Dunia II memperlihatkan bahwa M8 masih dapat digunakan sebagai tank destroyer secara terbatas. Hal ini terutama terlihat di front Pasifik, di mana M8 masih mampu mengimbangi tank-tank Jepang . Sementara di front Eropa Barat bisa dikatakan M8 hanya efektif untuk menghadapi kendaraan lapis baja ringan Jerman, walaupun dalam Battle of the Bulge sebuah tank Panther Jerman dilaporkan rusak berat setelah bagian belakang tank dihantam beberapa peluru kaliber 37mm yang ditembakkan dari M8 Greyhound.

M8 Greyhound masih terus digunakan selama puluhan tahun setelah Perang Dunia II usai. Pasukan AS masih menggunakannya dalam Perang Korea, sementara Perancis menggunakannya dalam operasi militer di Aljazair dan Indo China. Korps Brimbob Polri juga pernah mempergunakan M8 Greyhoud hingga tahun 1960-an.

Beberapa unit M8 dicopot turretnya dan digunakan oleh SWAT di beberapa kota di AS sampai akhir tahun 1980-an (varian M8 milik SWAT ini pernah muncul di film “Die Hard” yang dibintangi Bruce Willis). M8 Greyhound masih digunakan oleh beberapa negara sampai saat ini, termasuk varian milik Kolombia yang dipersenjatai dengan rudal anti tank TOW.
More about M8 Greyhound Armored Car

Bloch MB.200

Bloch MB.200

Bloch MB.200 dirancang untuk memenuhi permintaan Angkatan Udara Perancis pada tahun 1932. Pesawat yang dirancang sebagai night bomber ini berhasil melakukan first flight pada bulan Juli 1933 dan mulai digunakan oleh AU Perancis pada tahun 1934. MB.200 dibuat sebanyak 332 unit.

Pada saat pecah Perang Dunia II, pesawat ini dianggap sudah ketinggalan jaman dan lebih banyak digunakan sebagai pesawat latih. Walaupun demikian, MB.200 masih melakukan beberapa misi pemboman terhadap pasukan Jerman. Setelah Battle of France, banyak pesawat ini yang direbut oleh Jerman dan kemudian diberikan kepada Cekoslovakian dan Bulgaria.

Pemerintahan Vichy France sendiri tetap mengoperasikan MB.200, bahkan sempat menggunakannya untuk membom pasukan Sekutu dalam pertempuran di Lebanon dan Suriah. MB.200 dipensiunkan pada awal tahun 1943, tidak lama setelah pendaratan pasukan Sekutu di Afrika Utara.

Specifications ( MB.200B.4)
Crew : 4
Length : 16.00 m
Wingspan : 22.45 m
Height : 3.90 m
Empty weight : 4,300 kg
Loaded weight : 7,480 kg
Powerplant : 2 x 870 hp Gnome Rhone 14Kirs radial engines
Maximum speed : 285 km/h
Range : 1,000 km
Service ceiling : 8,000 m
Armament : 3 x 7.5mm machine guns and up to 1,200 kg of bombs
More about Bloch MB.200

Blackburn Ripon

Blackburn Ripon

Blackburn Ripon dirancang sebagai torpedo bomber/reconnaissance bomber yang dapat dioperasikan dari atas kapal induk. Dibuat untuk memenuhi permintaan Angkatan Laut Inggris, pesawat ini berhasil melakukan first flight pada tanggal 17 April 1926 dan dibuat sebanyak 92 unit.

Angkatan Laut Inggris mengoperasikan Blackburn Ripon dari tahun 1929 sampai dengan tahun 1935. Selain Inggris, pesawat ini juga dibuat secara lisensi oleh Finlandia. Sebanyak 25 unit Blackbur Ripon ikut digunakan dalam Perang Dunia II, bertempur melawan pasukan Uni Soviet sebelum kemudian akhirya dipensiunkan oleh AU Finlandia pada tahun 1944

Specifications (Ripon Mk.IIC)
Crew : 2
Length : 11.20 m
Wingspan : 13.67 m
Height : 3.91 m
Empty weight : 1,878 kg
Loaded weight : 3,310 kg
Powerplant : 1 x 570 hp Napier Lion X radial engine
Maximum speed : 179 km/h
Range : 660 km
Service ceiling : 3,050 m
Armament : 2 x 7.7mm machine guns, 1 x torpedo or up to 750 kg of bombs
More about Blackburn Ripon

Transall C-160

Transall C-160

Transall C-160 adalah pesawat angkut militer yang dikembangkan oleh sebuah konsorsium produsen pesawat terbang Perancis dan Jerman untuk pasukan udara kedua negara dan Afrika Selatan. C-160 akan diganti dalam penggunaan oleh angkatan udara Prancis dan Jerman oleh Airbus A400M, sekarang sedang dikembangkan

C-160 pada awalnya dipahami sebagai pengganti armada Air Force Perancis Noratlas Nord. Hal ini dikarenakan memiliki mesin turboprop bertenagai, dengan sayap yang tinggi, dan ramp loading dibangun ke bagian belakang pesawat. Dalam ukuran itu jatuh antara G.222 Aeritalia dan C-130 Hercules.

Tiga prototipe terbang pada tahun 1963, diikuti dengan contoh-contoh pra-produksi pada tahun 1965 dan airframes produksi dari 1967. Batch pertama adalah 110 C-160D untuk Luftwaffe, 50 C-160F untuk Angkatan Udara Perancis, dan sembilan C-160 untuk Angkatan Udara Afrika Selatan. Produksi berlanjut hingga tahun 1972 dengan pesawat Perancis yang dibangun oleh Aérospatiale dan pesawat Jerman dengan Messerschmitt-Bölkow-Blohm.

Pada tahun 1977, Angkatan Udara Perancis memerintahkan versi terbaru C-160NG yang ditunjuk, untuk Nouvelle Génération ("New Generation"). Dari tahun 1981, 29 dari pesawat ini telah dikirim, setengah dari mereka dikonfigurasi sebagai pesawat tanker untuk mengisi bahan bakar udara. Empat dikonfigurasi sebagai pesawat C-160H TACAMO, untuk berkomunikasi dengan kapal selam. Akhirnya, dua diubah menjadi SIGINT pesawat pengintai elektronik, ditunjuk C-160g Gabriel, menggantikan Noratlases yang telah berperan sebelumnya. Sementara masih baru, C-160Gs ambil bagian dalam Perang Teluk 1991.

Dari tahun 1994 hingga 1999, semua C -160 Prancis mengalami upgrade avionik dan penambahan penanggulangan anti-rudal baru. C-160Fs dan NG sehingga diperbarui adalah redesignated C-160R . airframes Luftwaffe telah sama menjalani program retreksi oleh BAE Systems, tetapi semua C-160 Perancis dan Jermantelah mencapai penggunaan mencapai tahun 2008. Semua C-160 Afrika Selatan telah pensiun, sedangkan Angkatan Udara Turki terus beroperasi sebanyak 20 buah yang diperoleh dari Jerman (C-160T).

Untuk mengganti Transall, Luftwaffe, Angkatan Udara Prancis, dan Afrika Selatan masing-masing Angkatan Udara memesan 60, 50 dan delapan Airbus A400M tetapi pada Afrika Selatan dibatalkan.

Salah satu Afrika Selatan Air Force C-160Z nomor 337 telah dipamerkan di Afrika Selatan Museum Angkatan Udara, Swartkop Air Force Base dekat Pretoria.

Spesifikasi
• Crew: Three—two pilots, flight engineer
• Capacity:
o 93 troops or
o 61–88 paratroops or
o 62 stretchers
• Payload: 16,000 kg (35,275 lb)
• Length: 32.40 m (106 ft 3½ in)
• Wingspan: 40.00 m (131 ft 3 in)
• Height: 11.65 m (38 ft 2¾ in)
• Wing area: 160.0 m² (1,722 ft²)
• Empty weight: 29,000 kg (63,935 lb)
• Max takeoff weight: 51,000 kg (112,435 lb)
• Powerplant: 2× Rolls-Royce Tyne Rty.20 Mk 22 turboprop, 4,549 kW (6,100 ehp) each

Performance
• Never exceed speed: 593 km/h (320 knots, 368 mph)
• Maximum speed: 513 km/h (277 knots, 319 mph) at 4,875 m (16,000 ft)
• Stall speed: 177 km/h (95 knots, 110 mph) flaps down
• Range: 1,853 km (1,000 nmi, 1,151 mi) with 16,000 kg payload, 30 min reserves
• Ferry range: 8,858 km (4,780 nmi, 5,504 mi)
• Service ceiling: 8,230 m (27,000 ft)
• Rate of climb: 6.6 m/s (1,300 ft/min)
• Wing loading: 319 kg/m² (65.3 lb/ft²)
• Power/mass: 0.18 kW/kg (0.11 hp/lb)
More about Transall C-160

Gannet TNI-AL

Gannet TNI-AL

Dengan luas wilayah laut yang begitu luas, ironis bagi kekuatan angkatan laut Indonesia yang saat ini tak memiliki satuan pesawat AKS (anti kapal selam). Walau ada Boeing 737 surveillance, N22 Nomad dan CN-235 MPA (maritim patrol aircraft), kedua pesawat tadi hanya sebatas mampu melakukan fungsi pengintaian, tanpa bisa melakukan aksi tindakan bila ada ancaman kapal selam. Maklum Boeing 737, Nomad dan CN-235 MPA tidak dibekali senjata ke permukaan.

Tambah miris lagi perasaan kita, justru negeri tetangga – Thailand, Filipina dan Singapura kini punya armada pesawat AKS (anti kapal selam), yakni Fokker F-27 Enforcer yang dirancang bisa menggotong rudal Harpoon, AM39 Exocet dan Sea Skua. Hakikatnya pesawat AKS adalah pesawat pengintai maritim juga yang dilengkapi radar dan sensor untuk mendeteksi obyek di permukaan dan bawah laut. Tapi ada peran yang ditambahkan dari pesawat intai maritim biasa, yakni kemampuan aksi untuk menghancurkan keberadaan kapal selam.

Sedikit mengintip ke sejarah masa lampau, TNI-AL lewat korps Penerbal (Penerbangan Angkatan Laut) pernah memiliki armada pesawat AKS buatan Inggris. Pesawat yang dimaksud adalah Fairey Gannet. Pesawat ini sangat khas, pertama karena sosoknya yang terlihat tambun dan kedua, Gannet punya dua bilah baling-baling yang sejajar di bagian hidung. Dua bilah baling-baling ini berputar saling berlawanan arah. Masuknya pesawat AKS jenis Ganet ke jajaran TNI-AL diawali dengan kontrak pembelian pesawat Gannet tipe AS-4 dan T-5 oleh KSAL dengan pihak Fairey Aviation Ltd (Inggris) pada tanggal 27 Januari 1959 di Jakarta.

Sebagai pesawat AKS, Gannet dirancang untuk bisa beroperasi dari landasan kapal induk, untuk itu sayap Gannet dapat dilipat dan untuk pendaratan dilengkapi pengait. Gannet yang dirancang pasca perang dunia kedua (1955) dioperasikan oleh empat negara, yakni Inggris, Indonesia, Australia dan Jerman. TNI-AL sendiri menempatkan satuan Gannet dalam skadron 100 AKS sebagai bagian dari kampanye operasi Trikora. Untuk ’mengganyang’ kapal selam musuh, Gannet dibekali kemampuan membawa dua unit torpedo yang ditempatkan dalam bomb bay. Serta tak ketinggalan peluncur roket dibawah kedua sayap.

Namun disebabkan insiden jatuhnya beberapa Gannet, pesawat ini tak dioperasikan dalam waktu lama karena sistem avionik yang kurang baik. Alhasil nasib Gannet keburu di grounded di semua negara. Jejak rekam sejarah pesawat tambun dengan tiga awak ini bisa dijumpai sebagai monumen di museum Satria Mandala, Jakarta dan Lanunal Juanda, Surabaya. Kedepan mudah-mudahan TNI-AL bisa memiliki pesawat AKS modern, dengan begitu pastinya lawan pun akan segan pada negeri ini

Spesifikasi
Pembuat : Fairey Aviation, UK
Awak : 3
Mesin : 1× Armstrong Siddeley Double Mamba ASMD.4 turboprop, 3,875 hp (2,890 kW)
Kecepatan : 402 Km/jam
Jarak Operasi : 1127 Km
Endurance terbang : 5 – 6 jam

More about Gannet TNI-AL

M26 Pershing Heavy Tank

M26 Pershing Heavy Tank

M26 Pershing adalah heavy tank yang digunakan oleh pasukan AS pada masa-masa akhir Perang Dunia II. Tank ini diberi nama Pershing sebagai penghargaan untuk mengenang jasa-jasa Jenderal John Joseph “Black Jack” Pershing, komandan American Expeditionary Force dalam Perang Dunia I.

Tank dengan berat sekitar 41,8 ton ini diawaki lima orang dan menggunakan mesin bensin Ford GAF V-8 berkekuatan 500 tenaga kuda. Memiliki kecepatan maksimum 40 km/jam dan jarak tempuh sekitar 160 km. Persenjataan utama tank ini adalah sepucuk meriam M3 kaliber 90mm dengan 70 butir amunisi. Selain itu masih ditambah dengan dua pucuk senapan mesin ringan Browning M1919A4 kaliber 0.30 (5.000 butir amunisi) dan sepucuk senapan mesin berat Browning M2HB kaliber 0.50 (550 butir amunisi).

Proyek tank ini sebetulnya telah dimulai pada tahun 1942-1943, namun tidak berjalan lancar karena menemui banyak hambatan,; termasuk ditentang oleh sejumlah perwira militer AS. Pada masa itu doktrin militer AS tidak mengenal konsep heavy tank. Selain itu doktrin pasukan AS pada waktu itu juga menyebutkan bahwa pasukan tank adalah untuk mendukung pasukan infantri, sementara pertempuran antar tank adalah tugas pasukan tank destroyer. Tidak hanya proyek tank T26/M26 saja yang ditentang, bahkan penggunaan meriam kaliber 76mm pada tank-tank Sherman juga tidak berjalan mulus karena dianggap tidak mampu melontarkan proyektil HE sebaik meriam 75mm. Tidak main-main, salah satu penentang tank T26/M26 dan meriam kaliber 76mm adalah Jenderal George S.Patton.

Kemunculan tank-tank Panther dan Tiger dalam pertempuran di Normandia merubah semua pandangan tersebut. Para perwira militer AS pun berbalik banyak yang meminta Sherman dipersenjatai dengan meriam 76mm (termasuk jenderal Patton) dan proyek tank T26/M26 kembali berjalan dan kemudian memasuki masa produksi, walaupun masih dalam skala terbatas.

Pada bulan Desember 1944 Jerman melancarkan serangan di Ardennes dan walaupun akhirnya pasukan AS berhasil memukul mundur serangan Jerman tersebut, mereka kehilangan banyak tank. Militer AS pun kemudian meminta agar T26 segera dikirim ke medan perang. Namun karena masalah produksi, hanya sekitar 20 unit yang berhasil dikirim ke Eropa pada bulan Januari 1945.

T26 tidak sempat digunakan dalam pertempuran besar di Eropa, namun beberapa kali terlibat dalam kontak senjata dengan pasukan Jerman. Untuk pertama kalinya pasukan AS memiliki tank yang mampu diajak bertempur secara frontal melawan tank-tank Panther dan Tiger. Namun sebuah tank T26 sempat rontok dalam duel melawan tank Tiger Jerman. T26 terus digunakan hingga Perang Dunia II usai. Selain di Eropa, beberapa unit T26 juga sempat dikirim ke Okinawa namun tidak sempat terlibat pertempuran karena mendarat hanya beberapa hari sebelum Jepang menyerah.

Usai Perang Dunia II, kode T26 diubah menjadi M26 Pershing dan kemudian digolongkan sebagai medium tank. Varian selanjutnya adalah versi yang lebih modern dan diberi nama M46 Patton. Tank-tank ini kemudian digunakan dalam Perang Korea dan pada tahun 1950-an sejumlah negara Eropa Barat juga menerima tank ini sebagai bagian dari kekuatan militer mereka. Salah satunya adalah Italia yang menggunakannya sampai tahun 1963.

Dari pengalaman membuat tank M26 Pershing inilah yang kemudian menjadi dasar bagi AS dalam pengembangan tank M48 dan M60 Patton.
More about M26 Pershing Heavy Tank

IS-2 Stalin Heavy Tank

IS-2 Stalin Heavy Tank

Pada tahun 1943 tank-tank berat KV-1 dan KV-2 dirasakan sudah tidak mampu lagi digunakan dalam pertempuran melawan Jerman. Lambat dan dengan persenjataan yang sama dengan tank medium T-34, ditambah dengan kemunculan tank-tank Panther dan Tiger semakin menegaskan akan adanya kebutuhan heavy tank baru bagi pasukan Uni Soviet. Oleh karena itu maka kemudian dirancang satu tank baru yang akhirnya diberi nama IS, mengambil dari nama Iosef Stalin; pimpinan negara Uni Soviet.

Versi awal tank dengan empat orang awak ini adalah IS-1 yang dipersenjatai dengan meriam D-5T kaliber 85mm. Namun pada saat yang bersamaan diproduksi medium tank T-34/85 dengan persenjataan yang sama dan oleh karena itu dibutuhkan meriam dengan kaliber yang lebih besar untuk mempersenjatai heavy tank baru tersebut. Uji coba sempat dilakukan dengan menggunakan meriam kaliber 100mm, namun kemudian dihentikan dengan alasan logistik. Akhirnnya diputuskan untum mempersenjatai tank tersebut dengan meriam D-25T kaliber 122mm.

Konsep heavy tank dalam militer Uni Soviet adalah untuk mendukung pasukan infantri dan oleh karena itu dipergunakan meriam kaliber 122mm. Dengan proyektil HE seberat 28 kg (bandingkan dengan meriam 88 Jerman dengan proyektil HE seberat 9 kg, atau proyektil HE meriam 75mm yang hanya seberat 4 kg) tentu saja sangat menakutkan. Selain itu meriam 122m juga sudah digunakan secara luas di kalangan pasukan Uni Soviet sehingga mempermudah urusan logistik. Selain meriam kaliber 122 dengan 28 butir amunisi, IS-2 juga dipersenjatai dengan dua pucuk senapan mesin DT kaliber 7,62mm; tidak sedikit pula IS-2 yang masih ditambahi dengan senapan mesin berat DShk kaliber 12,7mm guna keperluan anti serangan udara.

IS-2 pertama kali digunkan dalam pertempuran pada bulan April 1944. Pasukan tank Jerman kaget luar biasa ketika melihat meriam kaliber 88mm pada tank Tiger I tidak mampu menembus lapisan baja IS-2, kecuali dalam jarak kurang dari 1.000 meter. Bahkan meriam kaliber 75mm tank Panther bahkan hanya efektif dalam jarak kurang dari 600 meter. Walaupun lebih diutamakan untuk menembakkan proyektil HE, tetapi meriam 122mm pada tank IS-2 juga bisa digunakan untuk menembakkan proyektil AP dan mampu menembus lapisan baja tank Tiger dalam jarak lebih dari 1.000 meter.

Secara teknis lapisan baja dan meriam 122mm yang digunakan tank IS-2 memang mampu mengimbangi tank-tank Jerman, namun IS-2 ternyata lebih lamban dan sulit bermanuver jika dibandingkan dengan tank-tank Jerman. Selain itu tank-tank Jerman juga memiliki fire control yang jauh lebih baik dari tank-tank Uni Soviet.
Walaupun masih memiliki kelemahan, tetapi IS-2 adalah tank yang cukup tangguh dan digunakan sebagai ujung tombak serangan pasukan Uni Soviet pada tahun 194401945. Tank ini pula yang digunakan untuk mendobrak pertahanan Jerman di Berlin, sekaligus membawa Uni Soviet meraih kemenangan dalam Perang Dunia II.

Pada awal tahun 1945, muncul versi baru dari tank IS-2; yaitu IS-3. Versi IS-3 ini memiliki lapisan baja yang lebih tebal dengan desain turret model baru. IS-3 adalah salah satu simbol perang dingin, digunakan oleh beberapa negara sekutu Uni Soviet pada tahun 1950-an dan 1960-an. Salah satu penggunanya adalah Mesir, yang menggunakan IS-3 dalam Perang Arab-Israel tahun 1967 dan 1973.

Secara total telah diproduksi lebih dari 8.000 unit tank IS dalam berbagai varian dan versi, termasuk assault gun ISU-122 dan ISU-152.
More about IS-2 Stalin Heavy Tank

SA – 1 Guild

S (Systema) – 25 Berkut / Kode NATO : SA – 1 Guild

Sishanud SAM pertama Russia/Uni Sovyet ini dibangun pada 9 Agustus 1950. Sishanud SAM S-25 Berkut ( yang berarti Elang Emas dalam bahasa Indonesia ) terdiri dari :

- Radar E/F A-100 “Kama”, yang berfungsi sebagai Radar Peringatan Dini dan Deteksi Target. Jangkauannya antara 25 – 250 km.
- Radar B-200, berfungsi sebagai Radar Pemandu Rudal.
- Rudal V-300, Rudal utama dalam Sistem S-25 ini.

Tidak banyak yang dapat dijelaskan dalam Sishanud SAM Russia pertama ini selain mempunyai kecepatan maksimun 2,5 Mach, membawa hululedak berkisar antara 200 – 300 kg, serta ketinggian minimum 900 meter maksimal 18 km. Sista ini dibangun untuk mengatasi pembom tinggi Amerika B-52 Stratofortress.

Negara yang mengoperasikan Sista Hanud ini hanya ada 2 : Uni Sovyet/Russia dan Korea Utara
More about SA – 1 Guild

KAR-98

KAR-98

Karabiner 98 adalah rifle dengan sistem mekanisme bolt-action (satu peluru, satu reload). Dikembangkan oleh salah satu pabrik senjata terkenal pada jaman dulu di Jerman yang bernama Mauser (sekarang dah kalah pamor sama Heckler und Koch -H&K). Kar98k masuk ke dalam dinas militer NAZI pada tahun 1935. Memiliki tingkat akurasi yang cukup baik, hanya saja masih kalah dengan pesaing nya 'Mosin-Nagant' buatan Rusia.

Data teknis
Ukuran peluru : 7.92 x 57mm Mauser.
Panjang seluruh : 1250mm
Panjang laras : 740mm
Berat : 4.09kg
Kapasitas peluru : 5 peluru
More about KAR-98