LVTP-7 : Pendarat Amfibi Korps Marinir TNI-AL
“Mendarat dan menang..,” itulah misi utama Marinir di seluruh dunia dalam menjalankan tugas sebagai pasukan pendarat, pembuka gerbang untuk operasi militer lanjutan. Bagi Korps Marinir TNI AL adalah hal lumrah untuk berjibaku dan mempertaruhkan nyawa dalam tiap operasi pendaratan militer di seluruh wilayan Nusantara.
Tapi “beban berat” Korps Marinir yang malang melintang dalam berbagai konflik, mulai dari Dwikora, Timor Timur sampai Aceh kebanyakan masih mengandalkan kendaraan tempur (ranpur) amfibi berusia paruh baya. Ambil contoh ranpur BTR-50 dan PT-76 yang sudah eksis menjadi alutsista Korps Marinir sejak awal tahun 60-an. Salah satu sukses misi tempur pendaratan adalah ketersediaan ranpur pengangkut personel (armoured personel carrier/APC) yang handal.
Untuk urusan ranpur pendarat amfibi, sudah empat dekade Marinir TNI AL selalu mengandalkan BTR-50. Walau sudah diretrofit, tetap pada hekekatnya BTR-50 adalah ranpur tua. Penggunaan ranpur tua pun membawa risiko yang tak kecil, sudah beberapa kali terjadi insiden yang menewaskan prajurit Korps Marinir. Memang ada ranpur pendarat lain yang bisa jadi alternatif, sebut saja AMX-10 dan BVP-2, keduanya memang lebih modern tapi sayang tak bisa membawa personel lebih banyak dari BTR-50, dimana BTR-50 bisa membawa 20 personel bersenjata lengkap.
Barulah pada tahun 2010, muncul “solusi” mujarab untuk Korps Marinir dengan hadirnya ranpur LVTP (Landing Vehicle Tracked)-7. LVTP-7 dirancang dengan desain roda rantai, bisa dibilang masuk kelas tank amfibi. Ranpur ini tergolong unik, sebab LVTP-7 terlihat bongsor dengan bobot mencapai 30 ton. Jadilah LVTP-7 sebagai ranpur amfibi dengan bobot terberat yang dimiliki Korps Marinir. Bobot ranpur ini tentu bukan tanpa alasan, LVTP-7 sanggup membawa 25 personel bersenjata lengkap plus 3 awak.
Selayaknya ranpur pembawa personel, asupan persenjataan pada LVTP-7 tergolong terbatas, pastinta tak dirancang untuk menghancurkan MBT (main battle tank). Tapi tetap ada sisi unik yang melengkapi persenjataan pada ranpur ini, maklum Amerika Serikat selalu mengandalkan varian LVTP-7 dalm tiap gelar operasi amfibi, bahkan tak cuma operasi amfibi, ranpur yang juga dijuluki AAV (Assault Amphibian Vehicle)-7 ini juga hadir di medan konflik berpasir, seperti di Somalia dan wilayah Irak.
Sebagai senjata andalan, LVTP-7 mempercayakan kehandalan SMB (senapan mesin berat) browning M2HB kaliber 12,7 mm. Secara teori ranpur ini biasa memuat hingga 1200 peluru kaliber 12,7 mm. Tapi bisa juga SMB ditukar dengan pelontar granat kaliber 40 mm dengan tipe peluru M430 berkategori HEDP (high explosive dual purpose). Sedangkan untuk perlindungan, ranpur ini dilengkapi smoke discharger kalibr 40 mm. LVTP-7 memilikki lapian baja standar 5 cm.
Sebagai penggerak, LVTP-7 menggunakan mesin General Motors 8V53T yang ditempatkan pada kompartemen depan, serupa dengan ranpur AMX-10 dan BVP-2. Dengan daya maksmal yang disemburkan sebesar 400 hp dan dukungan sistem transmisi FMC-400-3 dengan empat percepatan, ranpur ini dapat dipacu hingga kecepatan 64 Km per jam di darat dengan jarak tempuh 480 Km. Sementara saat berenang, berkat sepasang waterjet di kiri dan kanan mampu menghasilkn daya dorong hingga kecepatan 14 Km per jam.
LVTP-7 milik Korps Marinir TNI-AL berasal dari Korea Selatan, pabrik pembuatnya pun bukan FMS, melainkan dibuat berdasarkan lisensi oleh Samsung Techwin. Indonesia memperoleh ranpur ini lewat program hibah, dari yang awalnya direncanakan bakal 35 unit, hingga saat ini baru hadir 10 unit LVTP-7 di Jakarta.
Walau dari segi jumlah sangat minim, LVTP-7 buatan Korea Selatan ini semuanya sudah di upgrade ke versi AAV-7A1. LVTP-7 sangat pas dioperasikan dari kapal jenis LPD (Landing Platform Dock), seperi KRI Surabaya dan KRI Makassar. Presiden SBY pun sempat menjajal melakukan pendaratan amfibi di pantai lampung menggunakan ranpur amfibi ini. Beberapa operasi tempur yang sudah dilewati LVTP-7 yakni pada perang Malvinas (digunakan Marinir Argentina), perang Teluk dan perang Irak.
Spesifikasi LVTP-7
Pabrik : FMC Corporation
Produksi Perdana : 1972
Berat : 30 ton
Panjang : 7,94 meter
Lebar : 3,27 meter
Tinggi : 3,26 meter