Sikumbang NU-200 TNI AU

Sikumbang NU-200

Pada tahun 1953 di bawah pimpinan Nurtanio Pringgoadisuryo, Depot ini mulai merancang sebuah pesawat terbang yang mampu melaksanakan tugas-tugas sebagai pesawat pengintai ringan bersenjata, yaitu NU-200 Sikumbang (Bee). Prototip pesawat berkapasitas satu orang ini, menggunakan mesin de havilland Gipsy VI berkekuatan 200 daya kuda, dan pada tanggal 1 Agustus 1945 berhasil melakukan uji terbang. Kemudian dibuat versi berikutnya yang dikenal dengan NU-225. Pesawat Si Kumbang-02 ini menggunakan mesin Continental O-470-A berkekuatan 225 daya kuda, berhasil melakukan uji terbang pada 25 September 1957.

Pada 1 Agustus 1954 berhasil diterbangkan prototip "Si Kumbang", sebuah pesawat serba logam bertempat duduk tunggal yang dibuat sesuai dengan kondisi negara pada waktu itu. Pesawat ini dibuat tiga buah.
More about Sikumbang NU-200 TNI AU

Belalang TNI AU

Belalang

Sepanjang tahun 1957 Pada 24 April 1957, Seksi Percobaan ditingkatkan menjadi Sub Depot Penyelidikan, Percobaan & Pembuatan berdasar Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Udara No. 68.

Setahun kemudian, 1958 berhasil diterbangkan prototip pesawat latih dasar "Belalang 89" yang ketika diproduksi menjadi Belalang 90. Pesawat yang diproduksi sebanyak lima unit ini dipergunakan untuk mendidik calon penerbang di Akademi Angkatan Udara dan Pusat Penerbangan Angkatan Darat. Namun awalnya dimulai pekerjaan
modifikasi pesawat Piper L-4J agar dapat digunakan sebagai pesawat latih dasar, yang kemudian lebih dikenal sebagai NU-85 Belalang (Grasshopper). Apabila kegiatan modifikasi ini mampu menghasilkan pesawat yang lebih baik dari pesawat aslinya, maka semua pesawat Piper L-4J akan dimodifikasi menjadi NU-85 Belalang. 

Prototip pesawat ini berhasil melaksanakan uji terbang pada 17 April 1958. Selanjutnya dilaksanakan program modifikasi terhadap semua pesawat Piper L-4J menjadi Belalang, antara lain dengan mengganti mesin Continental 0-200-A model 90 (90 daya kuda) dengan mesin baru yang berkekuatan lebih besar (100 daya kuda) yaitu Continental 0-200-A model 90 A.
More about Belalang TNI AU

Amiot 143

Amiot 143

Amiot 143 adalah medium bomber yang dibuat berdasarkan spesifikasi Angkatan Udara Perancis pada tahun 1928. Pesawat ini berhasil melakukan first flight pada tahun 1931 dan mulai digunakan oleh AU Perancis pada bulan Juli 1935. Amiot 143 dibuat sebanyak 138 unit.

Walaupun desain dan spesifikasi pesawat ini sudah mulai ketinggalan jaman pada saat pecah Perang Dunia II, namun pesawat pembom ini masih merupakan salah satu kekuatan utama Angkatan Udara Perancis. Amiot 143 banyak digunakan untuk melakukan misi-misi pengintaian dan misi pemboman terhadap pasukan Jerman. Setelah Battle of France, sejumlah pesawat ini berhasil direbut oleh AU Jerman dan sisanya kemudian dioperasikan oleh AU Perancis di bawah pemerintahan Vichy France.
AU Jerman mengoperasikan Amiot 143 sebagai pesawat transport, sementara pemerintahan Vichy France mengoperasikan pesawat ini di wilayah koloni Perancis di Afrika Utara dan Timur Tengah. Setelah pendaratan pasukan Sekutu di Afrika Utara, Amiot 143 tetap dioperasikan oleh pasukan Perancis yang bergabung dengan Sekutu sampai dengan bulan Februari 1944.

Specifications (Amiot 143M)

Crew : 5
Length : 18.24 m
Wingspan : 24.53 m
Height : 5.68 m
Empty weight : 5,455 kg
Loaded weight : 8,611 kg
Powerplant : 2 x 858 hp Gnome et Rhone 14Kirs/jrs radial engines
Maximum speed : 295 km/h
Range : 1,300 km
Ceiling : 7,500 m
Armament : 4 x 7.5mm machine guns and up to 800 kg of bombs
More about Amiot 143

CV90120-T light tank

CV90120-T light tank

CV90120-T light tank dikembangkan oleh BAE Systems Hagglunds, tujuan utamanya adalah menyamai firepower MBT, tapi punya mobilitas yang jauh lebih baik daripada MBT, ringan dan mudah dipindahkan dengan tranportasi udara.

Senjata utamanya adalah meriam laras licin Swiss Ordnance 120-mm fully-stabilized high-pressure low-recoil, lengkap dengan computerized fire control system dan stabilized day/nightsights. Meriam ini menggunakan peluru 120 mm standar NATO, termasuk APFSDS.

Armornya modular, sesuai kebutuhan, sehingga beratnya berkisar antara 26 - 35 ton tergantung armor yang dipakai.
CV90120-T bisa dilengkapi dengan Active Defense System (ADS) hard-kill buatan Thales/IBD yang diklaim bisa melindungi tank dari ancaman rudal anti tank dan peluru meriam, termasuk peluru KE (energi kinetik). ADS hard-kill "menembak" rudal/peluru musuh dengan ledakan tanpa fragmentasi yang bisa memecahkan / membelokkan arah rudal/peluru musuh.

Selain itu CV90120-T juga bisa dilengkapi dengan ADS soft-kill yang terdiri dari multi-sensor UV, sistem peringatan ancaman laser / radar serta peluncur countermeasure dan asap. Countermeasurenya menyelimuti tubuh tank dengan sejenis uap yang bisa meminimalisir bayangan inframerah tank dan "membutakan" pengarah laser/radar musuh.

Spesifikasi :

Crew : 4
Panjang (termasuk meriam) : 8.9 m
Panjang (badan saja) : 6.6 m
Lebar : 3.2 m
Tinggi : 2.4 m
Berat : 26 - 35 ton
Senjata utama : 120 mm
Senjata tambahan : 7,62 mm dan 12,7 mm
Power : 670 hp
Kecepatan max. : 70 km/jam
Jarak tempuh : 600 km
More about CV90120-T light tank

HMS Ark Royal

HMS Ark Royal

Kapal dibangun di galangan kapal Swan Hunter di Wallsend pada Desember 1978, diterima AL Inggris Juli 1985 dan bertugas November 1985.

Konstruksi kapal menelan dana 320 juta poundsterling dan diselesaikan 4.5 bulan lebih awal dari jadwal oleh Swan Hunter. HMS Ark Royal salah satu dari tiga kapal induk kelas Invinsible (HMS Invincible dan HMS Illustrious). Kapal AL Inggris kelima yang diberi nama Ark Royal.

Panjang kesuluruhan kapal 210 meter dan lebar 36 meter, dapat mengangkut lebih 20 pesawat berbagai jenis, jet tempur Harrier GR7 dan GR9, helikopter anti kapal selam Sea King, helikopter anti kapal selam Merlin, helikopter angkut Sea King dan Chinook.

Kapal berbobot 22000 ton dapat dipacu hingga 30 knot, dipersenjatai 3x close-in weapons systems (CIWS) dan 2x 20 mm kanon anti pesawat udara sebagai pertahanan diri, diawaki 726 pelaut dan 348 personil satuan udara. Kapal juga mampu membawa 400 prajurit marinir atau angkatan darat.
More about HMS Ark Royal

Republic XF-91 Thunderceptor

Republic XF-91 Thunderceptor

XF-91 Thunderceptor adalah hasil pengembangan dari F-84 Thunderjet. Terbang pertama kali pada tanggal 9 Mei 1949 dan merupakan salah satu jet tempur pertama yang berhasil menembus kecepatan suara dalam keadaan level flight.

Jet tempur ini menggunakan gabungan mesin turbojet dengan mesin roket dan berhasil mencapai kecepatan maksimum Mach 1,71. Walaupun demkian, Angkatan Udara AS ternyata tidak tertarik terhadap pesawat ini karena XF-91 hanya bisa digunakan sebagai day fighter, sementara perkembangan teknologi mengakibatkan USAF menginginkan pesawat yang dapat dilengkapi dengan radar sehingga dapat bertempur dalam segala cuaca ataupun di malam hari. Proyek XF-91 pun dibatalkan dan hanya sempat dibuat sebanyak dua unit prototype saja.

Specifications (XF-91)
Crew : 1
Powerplant : 1 x 30.6kN / 6,900 lb-afterburning thrust General Electric J47-GE-7 turbojet engine and 4 x 7kN / 1,500 lb –thrust Reaction Motors XLR11-RM-9 rockets
Length : 9.52m
Wingspan : 13.18m
Height : 5.51m
Weight empty : 6,410 kg
Loaded weight : 8,400 kg
Maximum speed : 1,584 km/h
Range : 1,880 km
Service ceiling : 14,500m
Armament : 4 x 20mm cannons
More about Republic XF-91 Thunderceptor

McDonnell XF-85 Goblin

McDonnell XF-85 Goblin
1948

Role: Parasite Fighter
Manufacturer: McDonnell
First flight: 23 August 1948
Status: Cancelled 1949
Number built: 2
Unit cost: US$3.1 million for the program
McDonnell XF-85 Goblin adalah sebuah pesawat tempur, dikembangkan selama Perang Dunia II dan dimaksudkan untuk dibawa dalam ruang bom raksasa daro Convair B-36 bomber sebagai "parasite fighter" defensif. Karena kecil dan rupanya bundar, ia diberi nama "The Flying Egg".

Desain dan Pengembangan

McDonnell XF-85 Goblin dirancang untuk memenuhi kebutuhan USAAF untuk satu-kursi pesawat tempur-kawal "parasit" yang dapat diangkut oleh sebuah pesawat bomber besar. Pengembangan dua prototip telah diperintahkan pada Maret 1947. Desain hasilnya sepenuhnya memiliki batasan desain, yang diperlukan untuk dapat masuk ke dalam ruang bom dari B-36 (meskipun pertama kali diuji dengan pesawat B-29). B-36 ditunjuk sebagai pesawat induk yang dapat mengangkut tiga Goblins.

Sebuah badan pesawat kecil dan pendek dipasangi dengan sayap tertekuk yang dapat dilipat dan dipasang rendah/menengah, dengan bentang 21 kaki 1,5 inci (6,44 m). Pesawat ini bermesin sebuah turbojet Westinghouse J34-WE-7, dengan daya dorong 3000 lb (1361 kg). Tidak ada roda pendaratan kecuali untuk peluncuran darurat. Pesawat tempur ini dimaksudkan untuk dapat kembali ke pesawat induk dan dok dengan rekstok gantung, dengan menggunakan pengait yang dapat ditarik masuk.

Sejarah Pengoperasian

McDonnell membuat dua purwarupa Goblin (USAF Serial no. #46-523 dan #46-524). Selama pengujian terowongan angin di Moffett Field, California, purwarupa pertama XF-85 rusak. Akibatnya, purwarupa kedua-lah yang digunakan untuk uji penerbangan pertama; penerbangan pertama dilakukan pada tanggal 23 Agustus 1948. Karena purwarupa B-36 tidak tersedia, semua tes penerbangan XF-85 dilakukan menggunakan pesawat induk konversi dari Boeing EB-29 Superfortress. Pada penerbangan pertama, setelah lebih dari dua jam uji terbang menjadi jelas bahwa turbulensi disekitar bomber membuat kesulitan kontrol. Dalam penerbangan, pesawat ini stabil, mudah diterbangkan dan cepat stabil setelah putaran. Namun, banyak pilot mengalami kesulitan untuk mengaitkan Goblin ke rekstok gantung Bomber.

Penghentian program XF-85 pada pertengahan 1949 merupakan akibat dari beberapa faktor:
1. Pengaitan pesawat ke pesawat induk terbukti jauh lebih sulit daripada yang diperkirakan; bahkan tes pilot berpengalaman juga mengalami kesulitan. (Di sisi lain, Chuck Yeager menyatakan bahwa pilot tes XF-85 tidak mampu melakukan formasi terbang.)
2. XF-85 bukan tandingan dari fighters konvensional musuh untuk melindungi bombers – pesawat ini lebih lambat dan persenjataannya jauh lebih ringan.
3. Meningkatnya jarak jangkau berbagai pesawat jet tempur-kawal (bersama-sama dengan ditemukannya pesawat pengisi bahan bakar) memungkinkan pesawat-kawal untuk melindungi bombers selama misi mereka.
4. Anggaran ketat yang berarti program kurang penting seperti XF-85 dibatalkan.

Nantinya, B-36 digunakan sebagai pesawat induk untuk tes serupa, yang membawa pesawat tempur konvensional Republik F-84 Thunderstreak. Tes ini, dikenal sebagai eksperimen FICON (Fighter Conveyor), juga dianggap kurang berguna untuk penggunaan jangka panjang, sehingga akhirnya dibatalkan.
Specifications (XF-85)

General characteristics
•Crew: 1
•Length: 14 ft 10 in (4.5 m)
•Wingspan: 21 ft 1 in (6.4 m)
•Height: 8 ft 3 in (2.5 m)
•Wing area: 90 ft² (8.3 m²)
•Empty weight: 3,740 lb (1,696 kg)
•Loaded weight: 4,550 lb (2,063 kg)
•Max takeoff weight: lb (kg)
•Powerplant: 1× Westinghouse XJ34-WE-22 turbojet, 3,000 lbf (13.3 kN)

Performance
•Maximum speed: 664 mph (1,069 km/h)
•Service ceiling: 48,000 ft (14,630 m)
•Rate of climb: 12,500 ft/min (3,810 m/min)
•Wing loading: 51 lb/ft² (247 kg/m²)
•Thrust/weight: 0.66

Armament
•4x 0.50 in (12.7 mm) M2 Browning machine gun
More about McDonnell XF-85 Goblin

SA – 3 Goa

Isayev S – 125 Pechora / Kode NATO SA – 3 Goa

Kenapa ada Isayev ? Mungkin sebagai bentuk penghargaan kepada Alexei Mikhailovich Isayev, seorang Engineer Roket Russia.

Back to Topic, S-125 Pechora di desain pada tahun 1960 oleh Biro Desain Pusat Almaz. Pertama kali bertugas pada tahun 1963 dan masih digunakan sampai sekarang di beberapa negara yang menjadi operatornya.

Unit Pechora meliputi :

- Radar Pengontrol Tembakan SNR-125 “Low Blow”
- Radar Akuisisi P-15 “Flat Face”
- Baterai V – 600 ( 5V24) atau V – 601 ( 5V27 ), dengan peluncur ganda maupun kwartet.

Belum ada data yang pasti berapa banyak unit Pechora yang diproduksi, yang pasti ada beberapa varian Pechora yaitu : Neva, Neva-M, Neva-M1, Newa SC, Volna, Volna-M, Volna-N, Volna-P, Pechora, Pechora-M, Pechora-2, dan Pechora-2M.

Data-data Teknis Pechora, sebagai berikut :

Panjang : kurang lebih 6,7 meter ( 20 kaki )
Berat : 953 kg.
Hululedak : 60 kg.
Jarak Jangkauan : 3,5 km sampai dengan 35 km
Ketinggian maks : 100 m sampai dengan 18 km
Tenaga Penggerak : Solid Motor Rocket Propellant

Pechora masih digunakan di 24 negara dan pernah dipakai di 12 negara sebelum akhirnya digantikan.

Seperti halnya pendahulunya ( S-75 ), Pechora juga mempunyai pengalaman tempur tidak sedikit, mulai dari Perang 6 hari sampai ke Perang Saudara di Angola. Korbannya pun tidak tanggung-tanggung, dari Mirage F1, A-4 Skyhawk, F-4 Phantom, F-16 sampai F-117 Nighthawk, Stealth Fighter pertama yang ditembak jatuh di Perang Kosovo
More about SA – 3 Goa

Marmon-Herrington Mk.IV F Armored Car

Marmon-Herrington Mk.IV F Armored Car

Panser buatan Afrika Selatan ini banyak digunakan Inggris dalam Perang Dunia II. Panser ini juga digunakan oleh Yordania dalam perang tahun 1948.

Spesifikasi :
Crew : 3
Armamanet :
Main : 1 x 2 pdr gun
Co-axial : 1 x 0.30 cal. machine gun
Anti-aircraft : 1 x 0.30 cal. machine gun
Length : 5.51m
Width : 1.83m
Height : 2.29m
Weight : 6,400kg
Engine : 1 x 95hp Ford V-8 petrol
Maximum speed : 80km/h
Range : 322km
More about Marmon-Herrington Mk.IV F Armored Car

Truk Duro

DURO, Truk Taktis dari Negeri Swiss

DURO merupakan keluarga truk taktis multifungsi, yang pada awalnya di desain dan dikembangkan oleh perusahaan Bucher-Guyer AG yang berasal dari Niederweningen, Switzerland. Pada perkembangan selanjutnya proses produksi dari truk ini dilanjutkan oleh perusahaan MOWAG atau Mowag Motorwagenfabrik AG juga berasal dari negara yang sama,

Sehingga nama dari truk ini pun ikut berubah menjadi Mowag DURO. DURO sendiri merupakan singkatan dari DUrable (tahan lama) dan RObust (kuat), DURO mulai di desain dan di produksi sejak tahun 1994, sebagai konsumen pertama dari DURO adalah Angkatan Bersenjata Swiss yang memesan sebanyak 3.000 unit. Saat ini sudah lebih dari 4.000 unit DURO dari berbagai varian telah di gunakan di berbagai negara, antara lain : Jermany, Venezuela, Inggris, dan Malaysia.

Ada beberapa varian dari DURO yang sampai saat ini masih banyak di pakai di kalangan militer di banyak negara, varian tersebut adalah : DURO II, DURO III dan DURO IIIP. Jika DURO II dan DURO III lebih digunakan sebagai alat pengangkut logistik dan pasukan serta ambulan, yang hanya pada bagian tertentu (terutama kabin) yang menggunakan pelindung baja, maka pada DURO IIIP pelindung baja tidak hanya terbatas pada kabin pengemudi saja tapi hampir seluruh badan dari truk ini terbungkus oleh baja solid yang mampu menahan serbuan senapan mesin ringan dan ranjau anti tank.

Spesifikasi kendaraan yang mempunyai suspensi 4X4 dan 6X6 (tergantung varian) ini adalah; berat 4.800 Kg, panjang 5.5 m, lebar 3.53 m, dan tinggi 2.65 m. Kecepatan maksimal adalah 100 km/jam dengan jarak tempuh 650 Km, sedangkan kapasitas tangki mampu di isi hingga 180 liter.
More about Truk Duro

Panzer 68 Main Battle Tank

Panzer 68 Main Battle Tank

Menyusul kesuksesan Panzer 61, militer Swiss memutuskan untuk membuat lebih banyak tank dengan kemampuan yang lebih ditingkatkan dan diberi nama Panzer 68. Tank ini dproduksi sebanyak 390 unit pada tahun 1971-1983.

Panzer 68 adalah hasil pengembangan dari Panzer 61. Masih dipersenjatai dengan meriam L7 kaliber 105mm, namun Panzer 68 dilengkapi dengan fire-control system yang lebih maju dan penggunaan stabilizer yang memungkinkan tank untuk menembak dalam keadaan bergerak. Tank ini juga menggunakan mesin yang lebih bertenaga dan pemasangan sistem perlindungan terhadap perang Nubika.

Tank ini digunakan Swiss dari tahun 1971 sampai 2003. Tank-tank Panzer 61 dan Panzer 68 akhirnya digantikan oleh tank Leopard 2 buatan Jerman.

Specification (Panzer 68)
Crew : 4
Armament :
Main : 1 x 105mm gun
Co-axial : 1 x 7.5mm machine gun
Anti-aircraft : 1 x 7.5mm machine gun
Combat weight : 40,700 kg
Length : 9.49 m
Width : 3.14 m
Height : 2.75 m
Powerpack : 660 hp MTU MB 837 Ba-500 diesel engine
Maximum road speed : 55 km/h
Range : 350 km
More about Panzer 68 Main Battle Tank

T-26 Light Tank

T-26 Light Tank

Pada awal tahun 1930-an, Uni Soviet melakukan pembelian beberapa unit tank ringan Vickers Mk.E dari Inggris. Dengan berdasarkan rancangan tank Vickers Mk.E inilah akhirnya Uni Soviet berhasil membuat tank ringan T-26 yang kemudian diproduksi sebanyak lebih dari 12.000 unit dalam berbagai varian pada tahun 1931-1941.

Tank dengan bobot sekitar 8 ton ini diawaki tiga orang dan menggunakan mesin bensin T-26 berkekuatan 90 tenaga kuda. Memiliki kecepatan maksimum 28km/jam dengan jarak tempun sekitar 200km. Varian awal T-26 bisa dikatakan mirip dengan Vicker Mk.E, yaitu dengan dua turret dan dipersenjatai dua pucuk senapan mesin kaliber 7,62mm. Varian awal ini diproduksi sebanyak 1.627 unit pada tahun 1931-1933. Sebanyak 450 unit di antaranya kemudian menjalani modifikasi di mana salah satu senapan mesin dicopot diganti dengan meriam 37mm.

Pada tahun 1933 mulai diproduksi T-26 dengan satu turret. Pada versi ini dipersenjatai dengan sepucuk meriam kaliber 45mm dan sepucuk senapan mesin kaliber 7,62mm. Versi ini yang kemudian terus diproduksi hingga produksi T-26 dihentikan pada tahun 1941. Selain itu juga dibuat beberapa varian berdasarkan rangka tank T-26 seperti varian flame thrower, pengangkut pasukan, penarik meriam, dan lain-lain.

T-26 pertama kali digunakan dalam perang saudara Spanyol dan selanjutnya banyak digunakan dalam beberapa konflik sebelum Perang Dunia II, termasuk perang di perbatasan Uni Soviet dengan Jepang. Sementara itu dalam Perang Dunia II tank ini digunakan Uni Soviet dalam serangan mereka ke Polandia dan Finlandia.

Walaupun Uni Soviet kehilangan ratusan T-26 pada masa awal Operasi Barbarossa, tapi ternyata T-26 tetap digunakan hingga Perang Dunia II berakhir. Tank ini terakhir kalinya digunakan pasukan Uni Soviet pada tahun 1945, ketikan digunakan untuk menyerang posisi Jepang di Manchuria.

Tank ini masih dipergunakan oleh Finlandia hingga tahun 1960.
More about T-26 Light Tank

Kamov Ka-31

 Kamov Ka-31

Heli Kamov Ka-31Airborne Earky Warning (AEW) merupakan pengembangan dari heli sebelumnya yang pernah dioperasikan oleh AL Rusia, Ka-27. Pengembangan atau upgrade dari Ka-27 menjadi Ka-31 adalah pada peningkatan avionic, mesin, perangkat komunikasi, ukuran kokpit yang lebih luas dan lainnya. Peralatan yang kemudian dipasang pada Ka-31 adalah GPS Kronstadt Kabris 12, mesin TV3-117 V MAR x2, radar TA-8Ka APU, peeralatan digital 16 saluran yang mampu menjangkau jarak 250 mil, radar E-801 MOKO (Eye) dan lainnya. Dengan berbagai perangkat baru itu kemampuan Ka-31 sebagai heli Early Warning System menjadi lebih maksimal dan hamper menyamai kemampuan pesawat AWACS. Produksi Ka-31 dimulai tahun 1987. Hingga tahun 1995, Ka-31 dioperasikan oleh kapal induk Admiral Kuznetcov dan dertroyer Sovremenny. AL China yang sudah memesan Ka-31 dan kemungkinan akan ditempatkan dikapal induk Varyag, jelas makin membuat kekuatan air support bertambah.

Role Airborne early warning
Manufacturer Kamov
First flight 1983
Introduced 1995
Status In service Primary users Russian Navy
Indian Navy
Produced 1985-
Number built >35
Unit cost $23 million (1999 rates)
Developed from Kamov Ka-27
General characteristics
• Crew: Two (Pilot+NSO)
• Length: 12.5m ()
• Rotor diameter: 2x 14.50 m (2x 47 ft 7 in)
• Height: 5.6m ()
• Max takeoff weight: 12,200kg
• Powerplant: 2× Isotov TV3-117VMAR turboshaft, 1633 kW (1217.7 hp) each
Performance
• Maximum speed: 250 km/h (135 knots, 166 mph)
• Cruise speed: 205 km/h (110 knots, 126 mph)
• Range: 600 km (324 nautical miles)
• Service ceiling: 3500 meters (11,483 feet)
More about Kamov Ka-31

Roket anti-kapal selam

Roket anti-kapal selam

Roket anti-kapal selam (bahasa Inggris:Anti-Submarine ROCket disingkat ASROC) adalah sebuah sistem peluru kendali anti-kapal selam yang dikembangkan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat dan dipasang pada lebih dari 200 kapal permukaan umumnya tipe kapal jelajah dan kapal penghancur. Ketika sebuah kapal selam musuh dideteksi oleh sebuah kapal permukaan, pesawat patroli atau helikopter anti-kapalselam dengan menggunakan sonar, informasi tersebut akan diteruskan kepada kapal pembawa ASROC yang kemudian akan menembakkan ASROC yang memiliki torpedo atau peledak kedalaman ke target. Ketika roket rudal berhenti, torpedo akan dilepaskan, parasut akan dikembangkan untuk memperlambat laju jatuhnya torpedo sampai memasuki air. Motor torpedo kemudian akan diaktifkan, dan torpedo yang dikendalikan oleh sistem sonarnya sendiri akan melacak targetnya. Jika ASROC diisi dengan peledak kedalaman, bom tersebut cukup tenggelam sampai pada kedalaman tertentu yang sudah diset sebelumnya dan kemudian meledak. Sebuah rudal ASROC dapat membawa peledak konvensional atau sebuah hulu ledak nuklir W44 berdaya ledak 10 kiloton. Hulu ledak nuklir W44 pensiun pada 1989.

ASROC pertama (RUR-5) menggunakan peluncur rudal MK-112 "Matchbox" yang dikembangkan pada 1950-an dan dipasang pada 1960-an. Sistem ini kemudian diganti oleh RUM-139 Vertical Launch ASROC atau VLA, sebuah ASROC dengan sistem luncur vertikal.
Sebuah ASROC vertikal diluncurkan

Rudal VLA adalah sebuah roket anti-kapal selam tiga tingkat yang dirancang untuk dipasang pada kapal penjelajah kelas Ticonderoga, kapal perusak kelas Arleigh Burke dan kapal penghancur kelas Spruance yang dilengkapi dengan sistem peluncur vertikal MK41 dan sistem kendali penembakkan MK-116. Rudal VLA memiliki kemampuan tanggap yang cepat dan dapat membawa torpedo MK-46 dalam segala cuaca dan mampu mencapai jarak menengah. VLA mulai dipakai pada 1993 sebagai sistem senjata standar untuk kapal penjelajah dan kapal penghancur yang memiliki sistem perang Aegis dan sebagai pengganti untuk ASROC pada kapal penghancur kelas Spruance ketika peluncur ASROC diganti dengan VLS MK41.

Rudal VLA pertama kali digunakan dengan torpedo MK-46.
More about Roket anti-kapal selam

Howitzer 105 mm KH-178 TNI

howitzer 105 mm KH-178

Batalyon Artileri Medan 9/ Kostrad (Yonarmed 9) 19 April lalu melakukan uji penembakan meriam Howitzer 105 mm terbaru dari Korea jenis KH-178 di lapangan tembak ASR (Air Shooting Range) TNI AU Pandan Wangi Lumajang Jawa Timur. Pembelian meriam ini merupakan lanjutan dari Kontrak Eksport (KE) pembelian alutsista TNI AD dari Korea.

Pengujian melibatkan beberapa personel dari Pusdikarmed Pussenarmed Kodiklat TNI AD maupun personel dari Yonarmed 9/ Kostrad. Kegiatan penembakan ini telah melalui beberapa rangkaian meliputi : pelatihan operator meriam yang telah dilaksanakan di Yonarmed 9/ Kostrad pada tanggal 16-23 Maret 2011 dan Uji Fungsi meriam KH 178 yang telah selesai dilaksanakan di lapangan tembak Batujajar, Bandung pada 5 April 2011

Menurut Brigjen Agung Gde Suardhana meriam 76 MM yang telah lama digunakan Armed digantikan meriam 105 MM KH 178 buatan Korsel yang lebih mutakhir. Pasukan Armed juga akan mendapat tambahan senjata baru yakni roket WR 40 langusta buatan Polandia.

Meriam 105 mm KH 178 tersebut akan ditempatkan di beberapa Satuan Armed antara lain : Yonarmed 9/ Kostrad, Yonarmed 8/ Kostrad dan Yonarmed 15 Dam II/ Sriwijaya.

More about Howitzer 105 mm KH-178 TNI

KRI Salawaku ( 642 ) dan KRI badau ( 643 )

KRI Salawaku ( 642 ) dan KRI badau ( 643 )

Dua kapal rudal dari Brunei Darussalam yang dihibahkan kepada Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut, bersandar di Dermaga Pangkalan TNI AL Pontianak untuk mengisi bahan bakar. Dua kapal itu KRI Salawaku 642 dan KRI Badau 643 singgah di dermaga TNI AL Pontianak, setelah menempuh perjalanan panjang dari negeri runei Darussalam. Keduanya jenis kapal cepat rudal.

Pemerintah Brunei secara resmi menyerahkan dua unit kapal hibah kepada Indonesia pada tanggal 15 April 2011. Kedua kapal tersebut semula bernama "KDB (Kapal perang Diraja Brunei) Waspada" dan "KDB Pejuang" merupakan kapal-kapal armada Tentara Laut Diraja Brunei (TLDB).

Salawaku dalam bahasa Maluku, berarti perisai yang merupakan alat pelindung yang digunakan oleh Pahlawan Nasional Pattimura dalam melawan penjajah Belanda beberapa abad yang lalu.

Sementara nama Badaudiambil dari nama parang dari daerah Bangka Belitung yang biasa digunakan sebagai senjata khas orang Melayu di masa lampau sekitar abad ke-14.

Sesuai dengan Surat Keputusan Panglima TNI, kepada eks "KDB Waspada" diberi nama "KRI Salawaku" dengan nomor lambung 642 dan kepada eks "KDB Pejuang" diberi nama "KRI Badau" dengan nomor lambung 643.

Kecepatan : 28 Knot
awak : 7 Perwira
30 Anggota
More about KRI Salawaku ( 642 ) dan KRI badau ( 643 )

KRI KAKAP 811

KRI KAKAP 811

KRI Kakap (811) merupakan kapal patroli TNI-AL. KRI Kakap adalah kapal jenis FPB-57 generasi pertama buatan Lurssen, Vegesack, Jerman. Pemesanan kapal ini disertai perjanjian untuk membuat kapal selanjutnya di PT. PAL, Surabaya. KRI Kakap diopersikan mulai 1988. Kapal-kapal dalam kelas ini adalah KRI Kakap, KRI Kerapu, KRI Tongkol, dan KRI Barakuda.

PERSENJATAAN
Meriam utama kapal perang KRI Kakap ini adalah meriam tunggal 40 mm serta dua senapan mesin 7.62 mm. KRI Kakap juga mempunyai sistem DR200S bagi pertahanan terhadap peluru kendali.

SPESIFIKASI
Kapal dengan 49 awak ini mempunyai ukuran 58.1 m x 7.62 m x 2.73 m ( 190.6 kaki x 25 kaki x 9 kaki).Kecepatan maksimum 28.1 knot dan berbobot penuh 425 ton.
More about KRI KAKAP 811

INS Airavat L24

INS Airavat L24

INS Airavat L24 kapal jenis Landing Ship Tank (LST (L)) ketiga kelas Shardul, peningkatan dari LST kelas Magar.

INS Airavat dibangun di Garden Reach Shipbuilders and Engineers Limited (GRSE), Kolkota, India, diresmikan masuk jajaran Angkatan Laut India pada 19 Mei 2009 oleh KASAL India Laksamana Sureesh Mehta, AVSM, PVSM, ADC di pangkalan AL IN Jetty di Visakhapatnam, Andhra Pradesh. Airavat diluncurkan di Kolkota pada 27 Mei 2006 oleh istri KASAL Maria Teresa Mehta.

Kapal berukuran panjang 125 meter, lebar 17,5 meter, berat 5655 ton, kecepatan jelajah 15 knot dengan kemampuan berlayar selama 45 hari. Airavat dilengkapi dua peluncur roket produk dalam negeri WM 18A, dua meriam anti pesawat terbang buatan dalam negeri CRN 91 yang dikontrol secara auto oleh optronic sights, peluncur rudal permukaan ke udara IGLA, chaff, serta dilengkapi dua helikopter Westland Sea King atau helikopter buatan dalam negeri HAL Dhruv.

Airavat mampu membawa 10 MBT, 11 truk dan 500 prajurit, sesuai dioperasikan untuk misi kemanusian dan bantuan bencana alam seperti tsunami, badai, gempa bumi; operasi amphibi; operasi penyerangan; kapal rumah sakit dan kapal tanker dimana pada bagian buritan dapat mengisi bahan bakar ke kapal lainnya.

Sebagian besar peralatan dibuat oleh perusahaan pemerintah seperti Bharat Electronics Medak, HAL, Keltron serta perusahaan swasta seperti Larsen and Toubro, Kirloskar, Godrej.
More about INS Airavat L24

Rudal Patriot

Rudal Patriot

Di dalam era perang modern yang sarat teknologi militer canggih saat ini, teknologi peluru kendali (rudal) memainkan peran yang penting dan strategis. Rudal menjadi penting dalam satu peperangan karena mempunyai kemampuan menjangkau posisi pihak lawan yang sangat jauh sekaligus menghancurkannya.

Berbagai jenis rudal dapat dikelompokkan dalam 4 tipe kategori, yaitu:
• permukaan ke udara (surface to air),
• udara ke udara (air to air),
• udara ke permukaan (air to surface)
• permukaan ke permukaan (surface to surface).
Salah satu rudal yang telah memiliki “pamor” adalah rudal Patriot (MIM-104) milik Angkatan Bersenjata Amerika Serikat yang dinilai berhasil melaksanakan tugasnya semasa Perang Teluk (Persian Gulf War) dan Perang Irak (Operation Iraqi Freedom) tahun 2003.

Sebenarnya ide teknologi Patriot sudah dirintis sejak akhir tahun 60-an, dibawah pimpinan Zdzislaw Starostecki, ilmuan AS berdarah Polandia. Rudal Patriot merupakan kombinasi kemampuan sistem radar phased array dan sistem kendali rudal track-via-missile guidance. Namun baru pada tahun 1976 ide tersebut dapat terwujudkan dan tahun 1984 dioperasikan pertama kali oleh Angkatan Bersenjata Amerika dengan fungsi sebagai sistem senjata anti pesawat terbang.

Istilah Patriot sendiri berasal dari singkatan Phased Array TRacking to Intercept Of Target.

Sekilas Rudal Patriot

Rudal Patriot yang mempunyai “call sign” MIM-104, merupakan tipe rudal jarak menengah permukaan ke udara (medium range surface to air missile) yang dapat beroperasi di segala cuaca dan medan. Oleh Angkatan Bersenjata Amerika, Rudal Patriot dijadikan sebagai bagian dari sistem pertahanan udara dengan “tugas pokoknya” menghancurkan rudal lawan (counter tactical ballistic missiles) atau menghancurkan obyek udara lainnya, seperti pesawat terbang dan sebagainya.

Rudal Patriot dibuat oleh dua perusahaan spesialis persenjataan militer yaitu Raytheon di Massachusetts dan Lockheed Martin di Florida, Amerika Serikat. Rudal Patriot merupakan Rudal andalan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (dan sekutunya) serta memainkan peranan penting dalam memenangkan suatu kancah peperangan.

Saat ini Rudal Patriot digelar di beberapa negara di luar Amerika Serikat, seperti Jerman, Yunani, Israel, Jepang, Kuwait, Belanda, Saudi Arabia, Taiwan dan Mesir.

Rudal Patriot mendapat nama harum, ketika digunakan dalam berbagai operasi selama Perang Teluk, saat itu Rudal Patriot (tipe PAC-2) yang digelar di Kuwait berhasil menghancurkan sejumlah Rudal Scud milik Irak di udara, walaupun ada beberapa juga yang meleset dari target.

Sehingga Rudal PAC-2 kemudian di upgrade menjadi rudal PAC-3 dan Rudal GEM+ (Guidence Enhanced Missiles) dengan sistem radar dan kendali Rudal yang lebih akurat dan canggih, berdaya jangkau hingga 300 km. 

Rudal Patriot pertama kali digunakan dalam perang pada tanggal 18 Januari 1991, ketika satu Rudal Patriot sukses mengintersepsi sekaligus menghancurkan satu Rudal Scud milik Irak di atas udara Saudi Arabia. Bisa dikatakan bahwa saat itulah pertama kalinya terjadi perang Rudal melawan Rudal.

Kemampuan Teknis Rudal Patriot

Rudal Patriot dilengkapi sistem pengendalian Rudal TVM (Track-Via-Missiles) memiliki kemampuan mengidentifikasi sekaligus 100 target Rudal atau obyek udara yang berbeda dan siap diluncurkan dalam waktu kurang dari 9 detik.

Satu stasiun sistem Rudal Patriot terdiri dari 4 komponen, yaitu
• sistem radar phase array AN/MPQ-53 (G-band system) berfungsi sebagai “detection to kill” dilengkapi sistem IFF (Identifying Friend or Foe),
• satu kotak peluncur Patriot terdiri dari 4 buah Rudal PAC-2 (kemudian di upgrade menjadi PAC-3) ditarik kendaraan M-860 semi-trailer seberat 5 ton,
• satu ruang pusat pengendalian Engagement Console Station (ECS) AN/MSQ-104 dengan awak operatornya
• sistem komunikasi dengan antena Mast 4 kW UHF yang menyatu dengan kendaraan pengangkut.

Sementara satu stasiun Patriot dapat terdiri dari 8 kotak peluncur, sehingga memiliki total Rudal sebanyak 32 yang siap dioperasikan. Sistem radar Patriot dikenal tercanggih saat ini terutama untuk kemampuan sistem tracking obyek udara yang menjadi targetnya.

Secara teknis, Rudal PAC-2 memiliki panjang 5,31 meter dengan berat 900 kg berbahan bakar solid-fueled, memiliki kecepatan 5 kali kecepatan suara (mach 5) dan dilengkapi dengan hulu ledak seberat 91 kg. Sementara PAC-3 posturnya lebih ramping namun lebih akurat dengan daya jangkau sampai 300 km di ketinggian maksimum 24 km.

Cara Kerja Sistem Rudal Patriot

Seperti terlihat pada gambar 4, cara kerja sistem Rudal Patriot adalah sebagai berikut: Pertama, radar phased array “menyapu langit” untuk mendeteksi adanya obyek udara (target) yang mengancam, sekaligus mengidentifikasi apakah obyek tersebut kawan sendiri atau merupakan rudal, pesawat tempur atau pesawat tanpa awak milik lawan.

Jika teman, di layar radar akan terlihat kode-kode tertentu yang selalu berubah setiap hari. Bila lawan yang tidak memancarkan kode-kode tertentu, maka operator rudal akan mempersiapkan penembakan.

Berikutnya, setelah target terdeteksi dan teridentifikasi maka sistem komputer Patriot membuat data tracking Rudal target seperti data tentang, posisi, trakyektori, speed, altitude & heading. Kemudian sistem radar dan komputer memantau terus menerus pergerakan Rudal target, dan selanjutnya operator akan memilih jenis Rudal apa yang akan diluncurkan, apakah Rudal PAC-3 atau GEM+.

Langkah berikutnya, operator meluncurkan Rudal dari kotak peluncur (missile launcher) dalam waktu kurang dari 9 detik, setelah Rudal meluncur dari tabung peluncur, sepenuhnya akan dipandu oleh sistem radar dan sistem kendali TVM menuju target. Rudal yang diluncurkan tersebut kemudian akan “membaca” sinyal data pergerakan Rudal target dan meneruskan sinyal tersebut ke control station.

Sehingga sistem komputer sekarang tahu secara akurat posisi dari Rudal Pariot maupun Rudal lawan. Terakhir, kalau Rudal yang dipilih operator adalah GEM+ (4 Rudal per launcher) maka warhead Rudal GEM+ akan meledak dekat Rudal target sekaligus menghancurkannya. Apabila Rudal PAC-3 (16 per launcher) yang dipilih operator, maka sifat dari Rudal tersebut adalah direct hit atau langsung menubrukan dirinya ke Rudal target (sasaran). Rudal patriot siap melabrak sasaran dalam jarak 16 sampai 32 km dengan kecepatan menanjak 700 sampai 1400 m/detik.

Jadi, kinerja rudal Patriot sangat ditentukan oleh keberhasilan early warning system atas kedatangan rudal musuh, baik melalui pencitraan radar atau satelit, disamping kemampuan Patriot untuk membentur rudal lawan secara akurat

Spesifikasi Rudal Patriot
• Panjang rudal 5,2 meter
• Diameter rudal 41 cm
• Jangkauan 70 km
• Berat 900 kg
• hulu ledak 91 kg
• 4 sirip berbentuk delta dengan diameter 85 cm
• Pendorong Single-stage solid fuel rocket motor
• Keepatan 5 mach
Varian Patriot, ASOJ / SOJC, PAC-2, PAC-2 GEM, GEM / C, GEM / T (atau GEM +) dan PAC-3

Spesifikasi (PAC-1 )
Bobot 700 kg
Panjang 5.800 mm
Diameter 410 mm

Kisah Sukses & Kegagalan Rudal Patriot

Berbagai kisah sukses diraih Rudal Patriot selama Perang Teluk (Persian Gulf War) tahun 1991 dan Perang Irak (Operation Iraqi Freedom) tahun 2003, di antaranya berhasil mengintersepsi dan menghancurkan 70% Rudal Scud atau Rudal Al Husein milik Irak langsung di udara, di atas udara Saudi Arabia, Kuwait dan Israel. Hal tersebut secara psikologi menaikkan moril pasukan sekaligus meruntuhkan moril pasukan Irak.

Namun di balik kisah suksesnya, Rudal Patriot juga mengalami beberapa kisah kegagalan. Contohnya, pada tanggal 25 Februari 1991 satu Rudal Scud Irak berhasil lolos dari cegatan Rudal Patriot dan langsung menghantam barak militer sekutu di Dahran Saudi Arabia, akibatnya sebanyak 28 tentara Amerika dari US Army 14th Quartermaster Detachment tewas seketika.

Kegagalan berikutnya terjadi pada Perang Irak tahun 2003 (Operation Iraqi Freedom), ketika satu pesawat Tornado Angkatan Udara Inggris dan satu pesawat F/A-18 Hornet Angkatan Laut Amerika yang notabene merupakan kawan sendiri, “berhasil” diintersepsi dan dihancurkan oleh Rudal Patriot. Hal tersebut terjadi karena kesalahan sistem identifikasi IFF Radar Patriot.

Sedangkan kisah unik lainnya, ketika satu pesawat F-16 Angkatan Udara Amerika juga salah mengidentifikasi satu stasiun Rudal Patriot karena dianggap sebagai baterai Rudal SA-2 milik Irak, selanjutnya dapat diterka pesawat F-16 meluncurkan Rudal AGM-88 HARM yang kontan meluluh lantakkan stasiun Rudal Patriot tersebut.

Namun di balik beberapa kisah kegagalan tersebut, Presiden George W. Bush mengklaim bahwa Rudal Patriot memiliki tingkat kesuksesan hingga 90% selama masa perang.

Sedangkan Israel sebagai sekutu AS yang kecewa tidak diperbolehkan membeli Rudal Patriot malah membuat sendiri Rudal mirip Patriot dengan nama Rudal Arrow.
More about Rudal Patriot

SABHARA / POLICE RIFLE Senapan Polri

SABHARA / POLICE RIFLE Senapan

Deskripsi :
Keberhasilan rancang bangun dengan senjata SS1 telah mendorong para perancang dan insinyur kami untuk mengembangkan versi-versi senjata untuk fungsi penegakan hukum.
Pengembangan produk ini terutama didasarkan pada persyaratan daya lumpuh yang tepat untuk tujuan-tujuan penegakan hukum.

Produk ini tersedia dalam 2 versi yaitu SHABARA/POLISI V-1 dan SHABARA/POLISI V-2.

SHABARA/POLISI V-1.
Kaliber : 7,62 x 45 mm
panjang Laras : 363 mm
Berat : 3,79 kg
Panjang Keseluruhan : 920 mm
Mekanisme : Gas Operated
More about SABHARA / POLICE RIFLE Senapan Polri

Fiat 3000 Light Tank

Fiat 3000 Light Tank

Fiat 3000 adalah tank pertama yang diproduksi di Italia. Tank ini bisa dikatakan merupakan versi lokal Italia dari tank ringan Renault FT-17 buatan Perancis dan mulai digunakan pasukan Italia pada tahun 1921.

Tank ringan seberat 5,5 ton ini diawaki dua orang. Menggunakan mesin Fiat berkekuatan 50 tenaga kuda, tank ini memiliki kecepatan maksimum 24km/jam dengan jarak tempuh 95km. Tank ini dipersenjatai dengan senapan mesin laras ganda kaliber 6,5mm.

Pada tahun 1929, semuan Fiat 3000 yang masih digunakan pasukan Italia menjalani peningkatan kemampuan. Modifikasi dilakukan dengan penggantian mesin yang lebih bertenaga dan penggantian senjata menjadi sepucuk meriam kaliber 37mm. Tank hasil modifikasi ini dikenal sebagai Fiat 3000B.

Fiat 3000 digunakan Italia dalam operasi militer di Libya tahun 1926 dan Ethiopia tahun 1935. Tank ini masih digunakan Italia dalam Perang Dunia II untuk tugas-tugas anti partisan di Yunani dan Albania. Fiat 3000 terakhir kali digunakan di medan perang pada tahun 1943, ketika digunakan pasukan Italia untuk menghadapi pendaratan Sekutu di Sisilia.
More about Fiat 3000 Light Tank

Crusader Cruiser Tank

Crusader Cruiser Tank

Crusader mulai dirancang pada tahun 1939 dan memasuki proses produksi. Diproduksi pada tahun 1940 sampai dengan tahun 1943 dengan jumlah total sekitar 5.300 unit dalam berbagai varian.

Sebagai cruiser tank, Crusader memiliki lapisan baja yang tipis. Menggunakan mesin Nuffield Liberty Mark III berkekuatan 340 tenaga, tank ini sanggup diajak ngebut hingga kecepatan 64km/jam. Tetapi kemampuan suspensi membatasi tank ini pada kecepatan 43km/jam dengan jarak tempuh 322km.

Crusader banyak digunakan pada pertempuran di Afrika Utara, di mana para awaknya menyukai kecepatan dan kelincahan tank ini. Namun tank ini sering menghadapi masalah mesin yang gampang rewel , lapisan baja yang tipis, dan persenjataan yang kurang memadai. Sebagai akibatnya, setelah operasi militer di Afrika Utara usai, tank ini ditarik dari garis depan. Posisi Crusader kemudian digantikan dengan Sherman dan Cromwell.

Ditarik dari garis depan bukan berarti berakhirnya masa tugas bagi Crusader. Tank ini kemudian banyak dimodifikasi menjadi kendaraan anti serangan udara dan penarik meriam. Dengan fungsi barunya ini Crusader tetap digunakan sampai Perang Dunia II usai.
Varian-varian Crusader

Crusader I
Diawaki lima orang. Dipersenjatai dengan sepucuk meriam 2 pounder dan sepucuk senapan mesin co-axial (Besa kaliber 7,9mm). Di samping driver terdapat turret tambahan dengan senapan mesin yang sama. Mampu membawa 110 butir amunisi 2 pounder dan 4.950 butir amunisi senapan mesin.

Crusader II
Sama seperti Crusader I, hanya saja dengan penambahan lapisan baja. Turret tambahann seringkali dicopot sehingga cukup diawaki empat orang saja. Crusader II juga dibuat versi command tank (dengan dummy gun serta tambahan radio) dan close-support tank (dengan persenjataan howitzer kaliber 6 inci).

Crusader III
Penggantian senjata utama dengan meriam kaliber 6 pounder (65 butir amunisi) yang mampu melontarkan proyektil HE. Namun senjata yang lebih besar membuat interior turret semakin sempit. Akibatnya awak tank berkurang menjadi tiga orang dan posisi loader dirangkap oleh commander.

Crusader III AA Mk.I
Varian anti serangan udara dengan empat orang awak. Dipersenjatai sepucuk kanon Bofors kaliber 40mm.

Crusader III AA Mk.II / Mk. III
Varian anti serangan udara dengan persenjataan kanon Oerlikon laras ganda kaliber 20mm. Digunakan dalam operasi pendaratan di Normandia.

Crusader II Gun Tractor Mk. I
Varian tidak bersenjata yang digunakan sebagai penarik meriam.

CrusaderARV Mk. I
Varian Armored Recovery Vehicle

Crusader Sel-Propelled Gun
Setelah Perang Dunia II usai, sejumlah Crusader dikonversi menjadi self-propelled gun dengan persenjataan meriam kaliber 75mm atau howitzer kaliber 105mm buatan Perancis. Varian ini kemudian dijual ke Argentina.
More about Crusader Cruiser Tank

F-16 Fighting Falcon Multi-Role Fighter

General Dynamics (now Lockheed Martin) F-16 Fighting Falcon Multi-Role Fighter

Deskripsi:
Dianggap oleh kebanyakan orang sebagai pesawat tempur tebaik pada masanya, F-16 merupakan salah satu desain pesawat tempur paling popular di dunia. F-16 pada awalnya dibuat di bawah program Pesawat Tembur Berbobot Ringan (Light Weight Fighter=LWF) pada awal 1970an yang mencari suku cadang yang lebih murah bagi F-15 untuk meningkatkan manuverabilitas dab misi serang taktis. Terangsang oleh ketertarikan negara lain pada produksi model ini, LWF dirubah menjadi program Air Combat Fighter (ACF) dan menjadi kompetisi “fly-off” antara General Dynamics YF-16 dan Northrop's YF-17. General Dinamics kemudian menjadi pemenang kompetisi itu pada 1975 dan mendapatkan kontrak untuk memproduksi F-16. AU AS berencana untuk membeli sampai 650 pesawat sebagai pengganti F-105 dan sebagian F-4, sementara beberapa sekutu NATO membeli F-16 sebagai pengganti F-104.

Walaupun sebenarnya pesawat ini dirancang sebagai pesawat serang darat (ground attack) dengan kemampuan sekunder pertahanan udara, ternyata F-16 kemudian diluncurkan sebagai pesawat multi-peran. Desainnya menggunakan sayap ruang variable (variable chamber wings) dan “leading edge strakes” untuk menghasilkan daya angkat yang lebih tinggi dan menghindari “root stall” walaupun pada “high angles of attack”. Sebagai tambahan, penggunaan sistem kontrol “fly-by-wire” yang dapat membelokkan permukaan kontrol jauh lebih cepat dari pada pilot membuat F-16 mempunyai manuverabilitas yang luar biasa. F-16 juga dilengkapi dengan peralatan avionic canggih dan beban persenjataan yang besar.

F-16 sampai sekarang tetap mengalami update dan pengembangan pada model produksinya. Evolusi bertahap pada kemampuan pesawat ditunjukkan dengan sebuah seri “blok numbers” yang melakukan upgrade software, sistem persenjataan, struktur dan sistem lain untuk menggantikan peralatan yang usang. Model produksi F-16A/B awal terdiri dari Blok 10 dan 15 yang menampilkan pengembangan struktur, radar baru dan penambahan daya angkut senjata.

Pengembangan besar juga terjadi dengan peluncuran F-16C/D yang mencakup seri Blok 25, 30/32 dan 40/42. Upgrade dalam model ini termasuk mesin baru, radar yang lebih baik dengan kemampuan serangan malam presisi, dan kompabilitas dengan peralatan canggih yang selalu berkembang seperti “senjata pintar”. Model akir pesawat ini yang dibeli oleh AS menggunakan Blok 50/52 dengan pengembangan untuk melakukan “tekanan hebat” (suppression) pada misi pertahanan udara musuh.

Walaupun tidak ada lagi produksi untuk AS, F-16 terus dibuat untuk model ekspor. Model terbarunya adalah F-16E/F Block 60 yang dibuat untuk Uni Emirat Arab. Seri ini mempunyai radar AESA dan kapasitas bahan bakar yang lebih besar untuk meningkatkan jarak jangkau dan daya tahan (endurance).

Vesatilitas, kemampuan dan harganya yang relative rendah membuat F-16 menjadi pesawat yang dipakai secara luas di dunia barat sejak F-86. Lebih dari 4.000 F-16 telah dibuat untuk 24 negara. F-16 telah mengalami banyak pertempuran, paling terkenal yaitu di Timur Tengah ketika F-16 bertempur di atas Lebanon dan Irak. F-16 milik Pakistan juga telah disibukkan dengan menembak jatuh beberapa pesawat Soviet selama Perang Afghan 1980an dan sering kali bertempur dengan pesawat milik India.
Produksi berlanjutan dan usaha upgrade terus-menerus menjamin F-16 tetap beroperasi dengan baik pada abad ke-21. AS berencana memakai F-16 sampai 2025, hingga pesawat ini digantikan oleh F-35 (JSF). Sebagian besar konsumen F-16 juga diharapkan akan mengganti F-16 mereka menjadi F-35 pada dua dekade mendatang.

HISTORY:
First Flight: (YF-16) 2 February 1974; (F-16A) 8 December 1976
Service Entry: 17 August 1978

CREW: (F-16A/C) one: pilot; (F-16B/D) two: pilot, instructor

ESTIMATED COST: (F-16A/B) $14.6 million [1998$]; (F-16C/D) $18.8 million [1998$]

AIRFOIL SECTIONS:
Wing Root: NACA 64A204
Wing Tip: NACA 64A204

DIMENSIONS:
Length: 49.33 ft (15.03 m)
Wingspan: 31.00 ft (9.45 m)
Height: 16.33 ft (5.09 m)
Wing Area: 300.0 ft² (27.88 m²)
Canard Area: not applicable

WEIGHTS:
Empty: 18,725 lb (8,495 kg)
Normal Takeoff: 23,765 lb (10,780 kg)
Max Takeoff: 37,500 lb (17,010 kg)
Fuel Capacity: internal: 7,160 lb (3,255 kg); external: 6,950 lb (3,160 kg) in two 370 gal (1,400 L) and one 300 gal (1,135 L) tanks; 8,015 lb (3,645 kg) in two 600 gal (2,270 L) tanks
Max Payload: 17,200 lb (7,800 kg) [normal]; 20,450 lb (9,275 kg) [theoretical limit]

PROPULSION:
Powerplant: one General Electric F100-100 or one Pratt & Whitney F100-220 afterburning turbofan
Thrust: 29,100 lb (129.4 kN) with afterburner

PERFORMANCE:
Max Level Speed: at altitude: 1,350 mph (2,175 km/h) at 40,000 ft (12,190 m), Mach 2.05; at sea level: 915 mph (1,460 km/h), Mach 1.2
Initial Climb Rate: 50,000 ft (15,239 m) / min
Service Ceiling: 50,000 ft (15,239 m)
Range: typical: 540 nm (1,000 km); ferry: 2,100 nm (3,890 km)
g-Limits: +9.0

ARMAMENT:
Gun: one 20-mm M61A1 Vulcan cannon (511 rds)
Stations: seven to nine external hardpoints and two wingtip rails
Air-to-Air Missile: AIM-7 Sparrow/Skyflash, AIM-9 Sidewinder, AIM-120 AMRAAM, AIM-132 ASRAAM, Magic II, MICA, Python 3
Air-to-Surface Missile: AGM-45 Shrike, AGM-65 Maverick, AGM-84 Harpoon, AGM-88 HARM, AGM-119 Penguin, Wasp, AS.30L
Bomb: GBU-10/12/24 Paveway laser-guided, GBU-15, B43 nuclear, Mk 82/83/84 GP, Mk 20 Rockeye, BLU-107 Durandal, CBU-52/58/71/87/89/97 cluster, BL-755, BLU-109, Mk 36 Destructor
Other: ECM pods, navigation pods, targeting pods, rocket pods, gun pods, autonomous free-flight dispenser system
More about F-16 Fighting Falcon Multi-Role Fighter

Dassault-Breguet Super Etendard

Dassault-Breguet Super Etendard

Super Etendard adalah hasil pengembangan dari pesawat tempur Etendard IV. Prototype pesawat ini berhasil melakukan first flight pada tanggal 28 Oktober 1974 dan mulai digunakan secara operasional pada tahun 1978. Super Etendard hanya dibuat sebanyak 85 unit, 74 unit dioperasikan oleh Angkatan Laut Perancis dan sisanya digunakan oleh Angkatan Laut Argentina.

Dibandingkan dengan Etendard IV, Super Etendard memiliki banyak kelebihan seperti penggunaan mesin turbojet SNECMA Atar 8K-50 dan radar buatan Thomson-CSF. Dengan radar dan avionik yang lebih modern dibandingkan dengan Etendard IV, Super Etendard memiliki kemampuan untuk meluncurkan peluru kendali anti kapal AM 39 Exocet atau peluru kendali dengan hulu ledak nuklir ASMP buatan Aerospatiale.

Nama Super Etendard menjadi terkenal ketika digunakan oleh Angkatan Laut Argentina dalam Perang Falkland (atau yang juga sering disebut sebagai Perang Malvinas) pada tahun 1982 yang juga menjadi debut Super Etendard dalam pertempuran. Angkatan Laut Argentina semula memesan tambahan A-4 Skyhawk dari Amerika Serikat, namun pesanan Argentina ditolak dengan alasah pelanggaran HAM oleh junta militer yang berkuasa di Argentina. Argentina pun kemudian membeli 14 unit Super Etendard dari Perancis, namun pada saat Perang Falkland AL Argentina baru menerima lima unit Super Etendard dan lima pucuk peluru kendali AM 39 Exocet.

Walaupun dengan jumlah terbatas, namun Super Etendard dengan peluru kendali AM 39 Exocet ternyata merupakan mimpi buruk bagi Angkatan Laut Inggris. Super Etendard AL Argentina dengan sukses berhasil menenggelamkan kapal perang HMS Sheffield dan kapal barang SS Atlantic Conveyor. Bahkan Super Etendard AL Argentina juga dikabarkan sempat merusak kapal induk HMS Invincible, walaupun klaim tersebut dibantah oleh AL Inggris. Sampai saat ini AL Argentina masih mengoperasikan Super Etendard.

Angkatan Laut Perancis sendiri mengoperasikan Super Etendard dari atas kapal induk Foch dan Clemencau. Super Etendard milik Perancis sempat digunakan dalam operasi militer pasukan perdamaian di Lebanon pada tahun 1982-1984 dan operasi militer NATO di daerah Balkan tahun 1994-1999. Walaupun saat ini AL Perancis sudah menggunakan kapal induk Charles de Gaulle dan mengoperasikan pesawat tempur Rafale, namun Super Etendard masih digunakan dalam operasi militer untuk mendukung pasukan Perancis di Afghanistan. AL Perancis sendiri secara bertahap sudah mempensiunkan Super Etendard dan menggantinya dengan Rafale M. Super Etendard terakhir milik Perancis direncanakan akan dipensiunkan pada tahun 2015.

Selain Angkatan Laut Argentina dan Perancis. Sebetulnya Angkatan Udara Irak juga pernah tercatat sebagai pengguna Super Etendard. AU Irak pernah menyewa lima unit Super Etendard sebagai pengisi kekuatan sementara sambil menunggu datangnya Mirage F1 yang dibeli dari Perancis. AU Irak menggunakan Super Etendard dalam Perang Irak-Iran, namun kemudian hanya mengembalikan tiga unit pesawat kepada Perancis karena dua unit lainnya berhasil ditembak jatuh oleh Iran.

Specifications (Super Etendard)
Crew : 1
Powerplant : 1 x 49.0 kN SNECMA Atar 8K-50 turbojet engine
Length : 14.31m
Wingspan : 9.60m
Height : 3.86m
Weight empty : 6,500 kg
Maximum take-off weight : 12,000 kg
Maximum speed : 1,180 km/h
Range : 1,820 km
Service ceiling : 13,700m
Armament : 2 x 30mm Hispano DEFA 552 cannons; up to 2,100 kg (4,600 lb) of bombs, rockets, or missiles
More about Dassault-Breguet Super Etendard

Kapal Selam Changbogo

Kapal Selam Changbogo

Secara teknis, Changbogo Class adalah lisensi dari U-209/1200 yang dibuat oleh pabrik Daewoo Shipbuilding Korea Selatan. Daewoo Shipbuilding sudah membuat 9 kapal selam sejenis untuk angkatan laut Korea Selatan. U-209 sendiri didesain untuk menghancurkan kapal selam lawan, kapal permukaan, melindungi pangkalan kawan, dan misi pengintaian. Secara umum Changbogo Class serupa dengan Atilay Class Submarine milik Turki yang memiliki penekanan pada penggunaan sistem sensor dan persenjataan buatan Jerman.

Pada saat menyelam, kapal selam ini dapat menyelam sampai kedalaman 250 m. Dengan dilengkapi dengan 4 MTU mesin diesel, kapal selam ini dapat melaju dengan kecepatan maksimum 21 knots (posisi menyelam) dan 11 knots (posisi permukaan). Kapal ini dapat membawa 8 buah 533mm/21 inch torpedo di haluan dan dipersenjatai dengan total 14 torpedo atau 28 ranjau laut. Kapal selam ini juga mampu untuk beroperasi secara terus menerus selama 2 bulan dengan 40 orang kru. Di bawah ini merupakan tabel spesifikasi teknis dari Changbogo Class :

Entered service : 1993
Crew: 33 men
Diving depth (operational) : 250 m

Dimensions and displacement

Length : 56 m
Beam : 6.2 m
Draught : 5.5 m
Surfaced displacement : 1 100 tons
Submerged displacement : 1 285 tons

Propulsion and speed

Surfaced speed : 11 knots
Submerged speed : 22 knots
Diesel engines : 4 x 3 810 hp
Electric motors : 1 x 4 595 hp

Armament

Torpedoes : 8 x 533-mm bow tubes for 14 torpedoes
Other : 28 mines in place of the torpedoes
More about Kapal Selam Changbogo

Aichi D1A “Susie”

Aichi D1A “Susie”

Aichi D1A adalah dive bomber Angkatan Laut Jepang yang terbang pertama kali pada tahun 1934. Pesawat dengan desain biplane ini dibuat sebanyak 590 unit.
D1A banyak digunakan dalam pertempuran di Cina sejak tahun 1937 sampai dengan tahun 1941. Pada tahun 1941 pesawat ini ditarik dari garis depan dan digunakan sebagai pesawat latih. Angkatan Laut Jepang mempensiunkan D1A pada tahun 1942.

Specifications (D1A2)
Crew : 2
Length : 9.30 m
Wingspan : 11.40 m
Height : 3.41 m
Empty weight : 1,516 kg
Loaded weight : 2,500 kg
Powerplant : 1 x 730 hp Nakajima Hikari 1 radial engine
Maximum speed : 309 km/h
Range : 927 km
Ceiling : 6,980 m
Armament : 3 x 7.77mm machine gun, 1 x 250 kg bomb, 2 x 30 kg bombs
More about Aichi D1A “Susie”

Aero A.11

Aero A.11

Aero A.11 adalah reconnaissance aircraft/light bomber buatan Cekoslovakia. Pesawat ini berhasil melakukan first flight pada tahun 1925 dan dibuat sebanyak sekitar 250 unit.

Pada saat Cekoslovakia dikuasai Jerman dan pecah Perang Dunia II, Aero A.11 masih dalam status operasional walaupun lebih banyak digunakan sebagai pesawat latih. Finlandia tercatat sebagai satu-satunya pengguna Aero A.11 selain Cekoslovakia dan masih menggunakan pesawat ini untuk menghadapi invasi Uni Soviet dalam perang musim dingin 1939-1940.

Specifications ( A.11)
Crew : 2
Length : 8.20 m
Wingspan : 12.80 m
Height : 3.10 m
Empty weight : 1,080 kg
Loaded weight : 1,537 kg
Powerplant : 1 x 240 hp Walter W.IV radial engine
Maximum speed : 240 km/h
Range : 750 km
Service ceiling : 7,600 m
Armament : 3 x 7.7mm machine guns and up to 200 kg of bombs
More about Aero A.11

Aero A.100

Aero A.100

Aero A.100 adalah reconnaissance aircraft/light bomber yang dirancang sebagai pengganti Aero A.11. Pesawat yang berhasil melakukan first flight pada tahun 1933 ini dibuat sebanyak 44 unit.

Walaupun hanya dibuat dalam jumlah terbatas, tapi pesawat ini ikut digunakan dalam perang saudara Spanyol dan Perang Dunia II. Aero A.100 digunakan sebagai pesawat intai oleh Cekoslovakia dan Jerman dalam operasi milter di Uni Soviet. Pesawat ini dipensiunkan bersamaan dengan berakhirnya Perang Dunia II.

Specifications ( A.100)
Crew : 2
Length : 11.08 m
Wingspan : 14.70 m
Height : 3.60 m
Empty weight : 2,040 kg
Loaded weight : 3,220 kg
Powerplant : 1 x 740 hp Hispano-Suiza Vr-36 radial engine
Maximum speed : 270 km/h
Range : 900 km
Service ceiling : 6,500 m
Armament : 4 x 7.92mm machine guns and up to 600 kg of bombs
More about Aero A.100

Styx : Rudal Anti Kapal Pertama TNI AL

Styx : Rudal Anti Kapal Pertama TNI AL

Rasanya nyaris terlupakan, jauh-jauh hari sebelum TNI AL mengoperasikan rudal anti kapal modern, macam keluarga Exocet, Harpoon, C-802 dan Yakhont, di masa revolusi awal tahun 60-an, TNI AL nyatanya juga sudah memiliki rudal anti kapal. Sesuai iklim politik pada saat itu, pasokan alutsista modern kala itu dipasok oleh Uni Soviet dan negara-negara pakta Warsawa lainnya. Rudal anti kapal pertama yang dioperasikan TNI AL adalah P-15 Termit, atau dalam kode NATO disebut sebagai Styx (SS-N-2). 

Sytx didatangkan waktu itu guna keperluan kampanye militer dalam operasi Trikora merebut Irian Jaya. Sebagai rudal anti kapal yang lahir di era perang dingin, Styx dirancang dengan kemampuan dan daya hancur tinggi, tak ayal Styx memang punya daya deteren amat tinggi di era tersebut. Indikatornya bisa dilihat dari berat hulu ledaknya yang mencapai 500 kg high explosive, sementara bobot rudal secara keseleruhan 2,340 kg dengan jangkauan efektif mencapai 40 km, meski dalam teorinya bisa mencapai jarak 80 km.

Styx diluncurkan dengan beberapa pilihan sistem pemandu, mulai dari auto pilot, acitive radar, hingga pemandu berdasarkan infra merah. Untuk opsi pemandu radar biasanya didukung perangkat Electronic Support Measures (ESM) dan radar Garpun yang akan menuntun rudal antara jarak 5,5 dan 27 km dari batas target. Sensor pembidik pada rudal akan aktif mulai 11 km dari target sasaran, saat itu posisi rudal akan turun 1-2 derajat dari level target. Rudal maut ini umumnya meluncur sekitar 120 hingga 300 meter dari permukaan laut dengan kecepatan sub sonic 0,9 mach.

Walau saat didengungkannya operasi Trikora TNI AL juga mengoperasikan kapal penjelajah berat, KRI Irian, tapi Styx justru hadir dalam platform kapal cepat berpeluru kendali (fast attack craft missile) kelas Komar. Kapal cepat kelas Komar didatangkan TNI AL dari Uni Soviet pada periode 1961 – 1965. Jumlah yang dimiliki TNI AL pun cukup siginifikan, yakni mencapai 12 kapal yang masuk dalam jajaran armada KCR (Kapal Cepar Roket/Rudal) sebutan populer pada saat itu.

Masing-masing kapal dapat membawa 2 unit rudal, nama-nama kapal kelas Komar TNI AL diambil dari nama senjata dari cerita pewayangan, yakni KRI Kelaplintah (601), KRI Kalmisani (602), KRI Sarpawasesa (603), KRI Sarpamina (604), KRI Pulanggeni (605), KRI Kalanada (606), KRI Hardadedali (607), KRI Sarotama (608), KRI Ratjabala (609), KRI Tristusta (610), KRI Nagapasa (611) dan KRI Gwawidjaja (612). Sebagai kapal cepat berudal, kelas Komar diawaki secara terbatas oleh 10 – 11 personel.
Dengan 4 mesin sub diesel, kelas Komar dapat ngebut hingga kecepatan 30 knot. Tidak ada informasi berapa unit Styx yang dimiliki TNI AL. Tapi dalam hitung-hitungan standar, idealnya dengan 12 kapal setidaknya TNI AL memilliki minimal 24 unit rudal Styx. ”Sayang” hingga akhir masa baktinya Styx di Indonesia belum pernah membuktikan kesaktiannya secara langsung, walau bila dicermati alutisista ini juga berperan dalam kampanye militer “perang urat saraf” yang membuat nyali Belanda ciut. 

Dari beberapa informasi, kapal cepat kelas Komar ternyata masih dioperasikan TNI AL hingga tahun 1978. Sebuah usia yang lumayan panjang untuk kelas kapal dari Uni Soviet, mengingat beberapa alutsista sejawat asal Uni Soviet sudah keburu di grounded akibat embargo suku cadang. Bahkan informasi dari Janes’s Fighting Ship (1983 – 1984) menyebutkan Komar baru dipensiunkan TNI AL pada tahun 1985. Meski Komar bisa digunakan terus sampai 1985, kemungkinan lewat kanibalisasi suku cadang, rasanya masih harus dipertanyakan tentang fungsi dan operasional rudal Styx, mengingat rudal meski hanya dalam kondisi standby tetap memerlukan pemeliharan dan update suku cadang. 

Besar kemungkinan Komar hingga akhir hayatnya tetap digunakan sebagai kapal patroli, pasalnya Komar masih sedikit bergigi dengan kanon kembar anti pesawat kaliber 25mm di dek depan. Sebagai kenang-kenangan kejayaan masa lalu, salah satu Styx kini bisa dijumpai sebagai monumen yang menghiasi halaman depan Markas Komando RI Kawasan Barat di Jakarta. 

Born to Fight
Styx bisa dibilang jenis rudal yang legendaris dan meraih predikat rudal buatan Uni Soviet yang battle proven. Styx masuk dalam sejarah sebagai senjata yang mengubah pola peperangan di laut. Sejak mulai dioperasikan Uni Soviet pada tahun 1959, Styx telah dipasang pada 100 kapal serang cepat kelas Komar, dimana 70 diantaranya dikirimkan ke berbagai sekutu Soviet, termasuk 12 unit yang dijual ke Indonesia.
Pamor Styx mencuat saat digunakan dalam konflik antara Mesir dan Isreal. Saat itu, 21 Oktober 1967, dua kapal Komar milik Angkatan Laut Mesir meluncurkan Styx terhadap kapal berbendera Angkatan Laut Isreal, yakni perusak Eilat. Kedua kapal Mesir itu menembakkan rudalnya dari pangkalan di pelabuhan Alexanderia, dan berhasil mengkaramkan kapal perusak tersebut. Alhasil dunia pun gempar, sebab ini pertama kali sebuah kapal perang dapat ditenggelamkan dengan rudal. 

Kapal serang komar dan Styx kemudian beraksi kembali dalam perang Vietnam. Di bulan April 1972, Komar milik Vietnam Utara berhasil menyerang kapal penjelajah USS Sterett yang sedang membombardir sasaran di pantai Vietnam. Tapi kali ini Styx tak berhasil mengkandaskan kapal sasaran, Styx yang diluncurkan dari kapal Vietnam Utara berhasil disergap oleh rudal darat ke udara RIM-2 Terrier yang dilepeaskan dari USS Sterett. Kejadian ini pun tercatat dalam sejarah sebagai pertama kalinya rudal dapat dihancurkan oleh rudal dalam perang.

Styx dan Osa Class
Selain duet antara Styx dan kapal serang tipe Komar, Styx juga menjalin duet dengan kapal serang kelas Osa yang dioperasikan Uni Soviet oleh keempat armadanya di Laut Utara, Laut Baltik, Laut hitam dan Pasifik. Rudal Styx pada Osa juga sudah mengalami peningkatan dari Styx versi pertama. Prestasi Styx dan Osa sudah tercatat dalam perang India vs Pakistan di tahun 1971. Dalam perang ini, kapal cepat Osa milik AL India dengan Styx-nya berhasil mengkandaskan kapal perusak Khaibar.

Masih ada beragam kisah ‘penugasan’ Styx diberbagai belahan dunia, seperti pada kampanye militer pada krisis rudal Kuba pada tahun 1962. Bahkan varian Styx buatan Cina, yang disebut “Silkworm” juga dilibatkan dalam perang Iran – Irak di tahun 1980 – 1988. Kiprah tempur terakhir keluarga Styx dibuktikan dalam perang Teluk di tahun 1991, saat itu dua rudal Silkworm ditembakkan ke arah kapal penjelajah USS Mussouri, salah satu diantaranya berhasil ditembak jatuh oleh rudal Sea Dart yang diluncurkan dari kapal perusak Inggris, HMS Gloucester.

Pihak lawan Uni Soviet, alias dari AS dan NATO rupanya telah berhasil mengacaukan kendali Styx lewat teknologi electronic countermeasures (jamming). Ini dibuktikan saat Styx digunakan oleh Suriah dan AL Mesir dikala melawan Isreal dalam perang Arab – Isreal.

Hingga kini ribuan Styx dan kloningannya Silkworm dipercaya telah diproduksi ribuan unit. AL Jerman Timur setelah reunifikasi memberikan hampir 200 Styx ke AL Amerika di tahun 1991, terutama dari versi P-15M/P-22. AL Amerika menggunakan Styx untuk tes pertahanan rudal. Untuk Indonesia, Styx memang sudah tinggal kenangan, tapi setidaknya kita boleh berbesar hati sedikit, di Asia Tenggara hanya Indonesia dan Vietnam yang pernah menggunakan rudal sangar ini. 

Spesifikasi Styx/P-15 Termit
Asal : Uni Soviet
Produsen : MKB Raduga
Berat : 2,340 kg
Panjang : 5,8 meter
Diameter : 0,76 meter
Hulu ledak : 500 kg
Penggerak : roket berbahan bakar cair/booster dengan roket berbahan bakar padat
Lebar sayap : 2,4 meter
Jangakaun : 80 km, efektif 40 Km
Kecepatan : 0,9 Mach
Ketinggian Terbang : 100 -300 meter di atas permukaan laut
Pemandu : sistem auto pilot, radar aktif, dan infra merah
Platform peluncuran : kapal perang dan ground launch.
More about Styx : Rudal Anti Kapal Pertama TNI AL