Ju-87 Stuka, Pembom Tukik Penebar Sirene Teror
Tak banyak mesin perang yang bisa menimbulkan teror luar biasa baik pada tentara maupun warga sipil. Salah satunya adalah Junkers Ju-87 ‘Stuka’.
Stuka dirancang khusus sebagai pesawat pembom tukik dengan dua awak pesawat yang bertugas masing-masing sebagai pilot dan operator senapan mesin buritan. Disebut pembom tukik karena pesawat ini menjatuhkan bom muatannya sambil menukik ke arah bumi.
Stuka memperoleh reputasinya disebabkan bunyi sirene nyaring yang keluar bersamaan dengan manuver saat menukik. Suara meraung menakutkan yang dijuluki Terompet Jericho. Suara sirene inilah yang menjadi teror psikologis bagi siapapun yang disasar Stuka.
Penganjur pembuatan Stuka adalah Ernest Udet, seorang pilot sekaligus ‘Ace’ pada PD I dengan 62 kemenangan dog-fight. Udet berpendapat, armada pembom tukik mesti menjadi bagian dari kekuatan AU Jerman. Stuka pertama terbang pada 1935 dan telah berpartisipasi sejak awal PD II saat Jerman menginvasi Polandia pada 1939.
Pesawat ini mengadopsi sistem inovatif berupa ‘dive brakes’ yang akan membuat pesawat kembali pada posisi normal setelah melakukan tukikan untuk mengantisipasi pilot yang mengalami ‘blacked out’ (pingsan sesaat) akibat manuver dalam kecepatan tinggi. Stuka berperan sukses di pertempuran Afrika, Balkan, dan fase awal invasi ke Uni Sovyet.
Meski akurat dan tangguh, Stuka sangat rentan oleh pesawat-pesawat pemburu (fighter) sekutu. Ini dibuktikan saat Battle of Britain, banyak Stuka dirontokkan oleh pesawat-pesawat Inggris.
Seperti pesawat pembom pada umumnya, burung besi yang satu ini tak terlalu lincah bermanuver ditambah sistem persenjataan yang tak memadai. Satu-satunya senjata Stuka adalah senapan mesin kembar 7.92 mm yang dipasang di buritan, dipergunakan eksklusif sebagai pertahanan melawan pesawat musuh yang mendekat dari belakang.
Setelah Battle of Britain, pesawat ini mengalami beberapa penyempurnaan, hingga keluar varian baru seperti Ju-87D yang dikirim ke front Afrika dan Ju-87G yang ditugaskan ke front timur (Uni Sovyet). Ju 87G telah menenteng meriam kembar 37mm hingga mendapatkan reputasi sebagai pelumat tank karena kemampuannya menghancurkan kendaraan lapis baja itu.
Terlepas dari kelemahan-kelemahan yang dimilikinya, Stuka tetap menjadi momok menakutkan. Hans-Ulrich Rudel, seorang pilot Luftwaffe (AU Jerman) tercatat berhasil menenggelamkan tiga kapal sekutu -masing-masing sebuah ‘battleship’, ‘destroyer’, dan ‘cruiser’- ditambah melumat 519 kendaraan lapis baja (mayoritas tank).
Selama perang, sekitar 5.709 Stuka telah diproduksi dan memberikan kontribusi hampir di semua front pertempuran